Jakarta - Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair mengakui bahwa kini semakin jelas Saddam Hussein tidak memiliki stok senjata pemusnah massal. Pengakuan ini disampaikan Blair menyusul dirilisnya laporan komite penyelidik Inggris mengenai dasar argumentasi invasi ke Irak."Saya harus menerima, dengan berlalunya bulan-bulan, tampaknya semakin jelas bahwa pada waktu invasi, Saddam tidak memiliki stok senjata kimia atau biologi yang siap digunakan," tutur Blair.Meski begitu PM Blair tetap bersikeras bahwa dirinya melakukan hal yang benar dengan mengirimkan pasukan Inggris untuk berperang di Irak. "Saya sejujurnya tidak bisa mengatakan bahwa saya yakin menyingkirkan Saddam adalah sebuah kesalahan semata," ujar pemimpin Inggris itu."Irak, wilayah itu, dunia luas merupakan tempat yang lebih baik dan aman tanpa Saddam," imbuhnya seperti dilansir
News.com.au, Kamis (15/7/2004).Dalam laporan komite penyelidik Inggris disebutkan bahwa informasi agen Intelejen Inggris (MI-6) kepada pemerintah Inggris, bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal terbukti cacat dan tidak bisa dipercaya.Laporan setebal 196 halaman itu merupakan hasil kerja komite yang dipimpin mantan Sekretaris Kabinet Inggris, Lord Robin Butler. Dikatakan pula bahwa informasi yang dikumpulkan intelijen Inggris juga tidak berasal dari sumber yang valid. Isi laporan ini sangat bertentangan dengan pernyataan yang pernah dibuat Blair sebelum invasi ke Irak. Saat itu, Blair sangat yakin ketika mengatakan bahwa Irak benar-benar memiliki bahkan menimbun stok senjata pemusnah massal. Statemen Blair inilah yang menjadi alasan utama Inggris untuk mendukung invasi pimpinan AS ke Irak.Meski begitu, laporan yang dikerjakan selama lima bulan ini menegaskan bahwa Blair tidak bertanggungjawab atas kesalahan penggunaan informasi dari intelijen ini. Menurut Butler, meski tuduhan terhadap Irak memang bodoh, namun perang Irak adalah operasi kolektif sehingga kesalahannya pun kolektif.
(ita/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini