"Solusi mengatasi masalah tersebut cukup berat. Pemukiman yang ada saat ini berkembang di bantaran sungai sehingga sungai menjadi sempit. Kebutuhan normalisasi sungai mendesak dilakukan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam rilis yang diterima detikcom, Selasa (1/11/2011).
Program normalisasi Kali Krukut sepanjang 7,5 km yang meliputi 11 kelurahan dari 4 Kecamatan perlu dilakukan segera. Kombinasi upaya struktural dan non struktural diperlukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya BNPB menjelaskan banjir disebabkan curah hujan yang deras, saluran drainase yang buruk dan kapasitas palung Kali Krukut yang terus berkurang. Kepadatan penduduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Krukut 109 orang per hektar merupakan DAS yang terpadat penduduknya dibanding DAS lain di Jabodetabek.
Awalnya lebar Kali Krukut 16 meter tetapi sekarang hanya 2 meter. Akibat sedimentasi, penyempitan sungai dan penggunaan lahan di sepanjang bantaran Kali Krukut, kapasitas pengaliran saat ini hanya sekitar 30 persen dari kapasitas awal sungai. Kemampuan debit Kali Krukut saat ini hanya kurang dari 50 meter kubik per detik, sedangkan kapasitas awalnya sekitar 150 meter kubik per detik.
"Jadi sudah pasti banjir. Terlebih lagi koefisien limpasan DAS Krukut saat ini sekitar 75 persen, kemampuan infiltrasi 12 persen dan evaporasi 13 persen. Artinya dari total hujan yang jatuh, sekitar 75 persen hujan tersebut menjadi limpasan. Dengan hujan berintensitas tinggi seperti kejadian minggu kemarin, kemampuan sungai dan sistem pengaturannya tidak mungkin memadai mengalirkan limpasan yang ada," jelas Sutopo.
Ditinjau dari hidrogeomorfologi, faktor bentuk dan kekompakan pola aliran sungainya, Kali Krukut memiliki pola pemusatan aliran yang cepat sehingga mudah meluap. Dengan kondisi tersebut Kali Krukut mudah untuk banjir.
(nwk/nvt)