Dahlan Iskan, Pekerja Keras yang Senang Melucu

Dahlan Iskan, Pekerja Keras yang Senang Melucu

- detikNews
Senin, 17 Okt 2011 14:48 WIB
Jakarta - Saat ini, jika listrik di rumah kita mati, nama yang langsung teringat adalah Dahlan Iskan. Maklum saja, pria yang akrab disapa Pak Dahlan itu memang Direktur Utama (Dirut) PLN.

Namun dalam beberapa hari ini, jabatan Dahlan bakal berubah. Pria kelahiran Magetan, Jawa Timur 17 Agustus 1951 itu dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Menteri BUMN.

Mungkin banyak yang belum mengenal pribadi seorang Dahlan Iskan. Di mata anak buahnya, Dahlan dikenal sebagai pribadi yang lucu. Pria berkulit gelap itu kerap melontarkan guyonan-guyonan segar dan hangat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelucuan Dahlan juga dapat dijumpai di buku yang ditulisnya 'Ganti Hati'. Dalam buku tersebut, Dahlan juga menceritakan soal hari kelahirannya yang sangat spesial. Spesial karena tanggal itu dipilihnya sendiri karena orang tuanya tidak punya catatan kelahirannya.

Dahlan berasal dari keluarga tidak mampu. Masa kecil pria berkacamata itu dilalui dengan sangat-sangat kurang. Bahkan untuk urusan pakaian saja, Dahlan kecil hanya memiliki satu baju dan celana. Jika keduanya dicuci, Dahlan harus menyelimuti tubuhnya dengan sarung.

Karena itu, sarung adalah salah satu barang yang sangat berkesan untuk seorang Dahlan. Bagi Dahlan, sarung bisa menjadi apa saja mulai dari selimut, alat salat, hingga pengganti baju. Bahkan saat sarung sobek dan rusak, masih bisa dimanfaatkan sebagai sarung bantal atau popok bayi.

Namun Dahlan tak pernah mengeluh. Pria yang menangis saat memberikan konferensi pers di Istana perihal penunjukkannya sebagai Menteri BUMN itu berusaha untuk selalu mensyukuri semua yang dialaminya selama ini.

Karir Dahlan dimulai dari menjadi calon reporter di salah satu surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 1975. Setahun kemudian, Dahlan menjadi wartawan Majalah Tempo. Dan tak lama yakni pada 1982, Dahlan ditunjuk memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.

Di tangan Dahlan, Jawa Pos yang saat itu hampir mati bisa bangkit. Dari oplah yang hanya 6 ribu eksemplar, surat kabar itu menjadi beroplah 300 ribu eksemplar. Dahlan juga mengembangkan bisnis media tersebut dengan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN) dan berbagai televisi lokal seperti JTV di Surabaya, Batam TV di Batam, dan Riau TV di Pekanbaru.

Akhir 2009 lalu, Dahlan diangkat SBY menjadi Dirut PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang saat itu mendapat kritik pedas soal listrik mati. Dahlan terus bekerja keras untuk memperbaiki kinerja PLN. Meski dirinya dalam kondisi sakit yang cukup parah.

Dalam blog pribadinya, dahlaniskan.blogdrive.com, Dahlan menulis soal sakitnya. Rupanya Dahlan menderita hepatitis B sehingga dia melakukan transplantasi hati. Dahlan tidak ingin sakit yang dideritanya menghambat keinginannya untuk menjadi bermanfaat. Bahkan Dahlan siap berumur pendek asalnya bermanfaat.

"Saya memilih berumur pendek tapi bermanfaat, daripada umur panjang tapi tidak bisa berbuat banyak. Jalan pikiran saya itu biasanya saya ungkapkan ke teman-teman dengan istilah: intensifikasi umur," begitu tulis Dahlan saat itu.


(ken/vit)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads