Saat detikcom berbincang dengan salah seorang orangtua murid yang enggan menyebutkan namanya, di halaman SDN 01 pagi Makasar, Jl Kerja Bakti, Jakarta Timur, dirinya merasa keberatan dengan pungutan yang diberlakukan pihak komite sekolah.
Bahkan dia menyebut, usulan pengadaan AC karena kecemburuan beberapa orangtua murid terhadap dua ruangan yang sudah terpasang AC sebelumnya, ruang itu digunakan untuk dua ruang belajar murid kelas 1.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya, bulan kemarin diputuskan seluruh ruang kelas yang ada di SDN 01 Makasar dipasang AC, melalui rapat komite yang diwakili 5 orang wali murid dari tiap kelas. Total ruangan ada 11 kelas.
"Setiap murid diminta menyumbang Rp 100 ribu. Jumlah segitu tentu berat," katanya.
Wali murid lainnya, Wawan, menuturkan kutipan uang untuk pembelian AC itu dilakukan setiap absensi murid.
"Uang diminta melalui murid-murid saat dilakukan absen," kata Wawan.
Senada dengan wali murid sebelumnya, Wawan mengaku keberatan dengan adanya pungutan tersebut. Apalagi dua anaknya kini bersekolah di SDN 01 pagi Makasar dan duduk di kelas 2 dan 3.
"Jadi kalau harus bayar, ya sekaligus," keluhnya.
Sejak disepakti adanya pungutan uang pembelian AC, Wawan mengaku belum membayar sepeser pun pungutan tersebut. Alhasil, sang anak selalu menanyakan kepada dirinya kapan akan membayar kutipan itu, sementara teman lainnya sudah melunasi pungutan.
"Anak saya selalu nanya kapan bayar uang AC, karena beberapa temannya sudah bayar," ujarnya.
Terkait hal tersebut, Kasudin Dikdas Jakarta Timur, Abdul Rasyid, mengatakan belum mengetahui kasus pungutan tersebut.
"Setahu saya, untuk pengadaan AC di sekolah, saat ini sedang kita ajukan anggarannya untuk tahun 2012. Namun besaran anggarannya saya tidak tahu, saya akan pelajari kasus ini dan tentunya kepala sekolah akan kita panggil," katanya saat dihubungi wartawan.
(ahy/anw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini