Pen Tidak Steril, Syaripudin Diduga Jadi Korban Malpraktik di RS Haji

Pen Tidak Steril, Syaripudin Diduga Jadi Korban Malpraktik di RS Haji

- detikNews
Selasa, 11 Okt 2011 00:36 WIB
Jakarta - Syaripudin S Pane (43), diduga menjadi korban malpraktik dokter RS Haji Pondok Gede usai pemasangan pen di kaki kanannya. Benda penyangga tulang yang patah tersebut diduga tidak steril.

"Akibatnya setelah delapan bulan setelah operasi di sela jaitan selalu keluar nanah dan darah," kata Syaripudin saat berbincang dengan detikcom, Senin (10/10).

Dia menuturkan kronologis atas peristiwa naas yang menimpanya tersebut. Patah tulang yang dideritanya itu terjadi 1 September 2010 lalu. Saat itu dirinya terpeleset saat hendak duduk di teras rumahnya di Jalan Pintu II TMII, RT 8 RW 4, Nomor 35, Lubang Buaya, Jakarta Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga pun langsung membawa Syaripudin ke rumah sakit terdekat yaitu di RS Haji Pondok Gede.

"Hasil observasi dokter menyatakan patah tulang dan harus diambil tindakan (operasi) bedah tulang dengan memasang pen," jelas Syaripudin.

Tim medis yang menangani operasi, jelasnya, adalah seorang dokter dari kepolisian Kompol Agus Pujo. Dokter tersebut juga yang memimpin operasi pemasangan pen.

Namun, lanjut Syaripudin, kepala tim dalam operasi berhalangan hadir dan digantikan oleh spesialis bedah tulang lainnya yaitu dr Rizal yang juga dari kedokteran kepolisian.

"Dua minggu setelah operasi darah keluar dari sela jahitan, tapi saya anggap lumrah karena sudah operasi," tuturnya.

Namun, bukannya berhenti darah yang keluar tersebut terus mengalir dari sela jahitan pemasangan pen. Parahnya darah keluar dengan nanah selama 8 bulan pasca operasi pemasangan pen.

"Saya datangi dokter Agus Pujo di RS Haji dan diberikan antibiotik," kata Syaripudin.

Saat itu pula, Syaripudin menanyakan apakah yang dideritanya itu merupakan infeksi atau efek samping dari pemasangan pen, tapi dirinya tidak mendapatkan jawaban tersebut dari dokter yang menanganinya.

"Dia tidak bicara infeksi dan saya hanya diberi antibiotik saja," jelasnya seraya menambahkan bila apa yang menimpanya adalah yang pertama kali terjadi di RS Haji Pondok Gede.

Rupanya antibiotik yang diberikan dokter tidaklah berfungsi menghentikan pendarahan di kakinya. Sampai akhirnya Juni 2011 lalu saat dirinya akan berangkat ke Bali untuk urusan kerja, Syaripudin mengalami demam hebat dan darah terus mengalir dari kakinya.

"Saya juga harus pakai kursi roda,"ujarnya.

Dia pun akhirya dirujuk ke Surya Husada Hospital. Dari observasi dokter di rumah sakit tersebut diketahui bila Syaripudin mengalami infeksi akibat pemasangan pen di kaki kanannya.

"Dokter di sana pen yang dipasang diduga tidak steril," tutur pengusaha yang bergerak di bidang trading ini.

Akhirnya tim dokter mengangkat pen atas persetujuan Syaripudin. "Saya lihat pen yang sudah diangkat dan saya terkejut pen-nya gompal-gompal, seperti pen bekas," kisahnya.

Saat ini kondisi tulang kaki kanannya sudah tidak ditopang oleh pen. Namun rasa sakit dan bolong bekas pemasangan pen masih terlihat jelas. Syaripudin pun mengancam memperkarakan apa yang menimpanya tersebut ke ranah hukum.

(ahy/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads