"Bagaimanapun dia pernah menjadi suami saya. Dia mengasihi saya dan buat saya jadi seorang ibu," ujar Machica sambil terisak di TP Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (8/10/2011).
Machica yang datang dengan seorang anaknya, terlihat sangat terpukul dengan kepergian Moerdiono. "Walaupun kami ada masalah tapi saya tidak dendam. Saya akan selalu kenang masa-masa indah bersama dia. Banyak masa-masa Indah," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kenal Pak Moerdiono sebagai orang disiplin, Zero Tolerance dan menerapkan sistem Sesneg di rumah," ujarnya.
Sementara itu Maryati yang merupakan istri pertama Moerdiono datang menggunakan kursi roda. Wanita yang sudah sudah berumur itu terlihat tabah saat menaburkan bunga di pusara suaminya itu.
Moerdiono tutup usia di usia 77 tahun di Rumah Sakit Gleneagles, Singapura. Selama 17 bulan Moerdiono berjuang melawan penyakit kanker paru-paru yang dideritanya. Jenazah akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) pukul 15.00 WIB, Jumat (7/10) kemarin.
Pensiunan Letnan Jenderal ini, lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, tanggal 19 Agustus 1934. Sejak awal, Moerdiono memang merintis karir di Sekretariat Negara. Dia menjabat sebagai Mensesneg pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993) dan Mensesneg Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Menggantikan Sudharmono, mentor sekaligus atasannya sejak di militer.
Moerdiono pernah mengenyam pendidikan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN), Malang tahun 1957 dan Lembaga Administrasi Negara tahun 1967.
(fiq/gah)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini