"Saya turut berduka cita sedalam-dalamnya, karena mungkin di antara sekian banyak orang, saya yang paling terpukul mendengar Pak Moer meninggal. Saya ingin mempertemukan anak saya dengan Pak Moer tapi hingga kini belum kesampaian," kata Machica saat dihubungi detikcom, Jumat (7/10/2011).
Machica menuturkan, anak hasil perkawinannya dengan Moerdiono, Iqbal Ramadan, kini sudah berusia 15 tahun dan duduk di kelas 3 SMP. Nama buah hatinya itu adalah pemberian Moerdiono sendiri yang terispirasi oleh penyair Islam termasyur, Muhammad Iqbal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iqbal hanya setahun merasakan kedekatan dengan ayahnya. Menurut Machica, sejak dirinya memutuskan berpisah dengan Moerdiono, Iqbal tidak pernah bertemu lagi dengan mantan suaminya tersebut.
Menurut Machica, ia pernah mengungkapkan keinginannya kepada keluarga Moerdiono pada saat almarhum terbaring di rumah sakit di Singapura. Akan tetapi, keluarga Moerdiono juga bingung bagaimana mempertemukan ayah-anak tersebut dalam kondisi yang tidak memungkinan.
"Ya, sudah saya akhirnya pasrah. Anak saya juga mengatakan, 'Bunda kalau memang aku tidak bisa bertemu Papa di dunia, mungkin nanti ketemu di akhirat saja'" kata Machica.
Menjelang meninggalnya Moerdiono, lanjut Machica, anaknya memang telah mendapat firasat. Iqbal menjadi anak yang rajin mengaji. "Anak saya belum ngomong apa-apa. Saya juga sedang dalam perjalanan pulang dari berobat," kata Machica.
Moerdiono meninggal dunia di Singapura, pukul 19.40 waktu setempat akibat menderita kanker paru-paru. Moerdiono adalah pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 19 Agustus 1934. Ia merupakan Mensesneg dua periode yakni, pada Kabinet Pembangunan V (21 Maret 1988-17 Maret 1993) dan Kabinet Pembangunan VI (17 Maret 1993-16 Maret 1998). Moerdiono dikenal sangat dengat dengan Presiden Soeharto.
(irw/gah)