"Selama menjabat Mensesneg itu dia selalu seperti itu. Tapi setelah reformasi, bicaranya normal-normal saja. Artinya dengan kehati-hatian dia bisa menahan ucapannya agar tidak keceplosan," ujar sejarawan, Asvi Warman Adam, kepada detikcom, Jumat (7/10/2011).
Bersama Harmoko yang menjabat menteri penerangan, Moerdiono adalah corong orde baru. Namun seringkali Soeharto lebih memilih Moerdiono untuk menyampaikan kebijakan Orde Baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moerdiono pun menjadi salah satu ikon orde baru. Seperti Jenderal Benny Moerdani, sosoknya tidak bisa dilepaskan dari Soeharto dan orde baru.
Pensiunan Mayor Jenderal ini, lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, tanggal 19 Agustus 1934. Sejak awal, Moerdiono memang merintis karir di Sekretariat Negara. Dia menjabat sebagai Mensesneg pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993) dan Mensesneg Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Menggantikan Sudharmono, mentor sekaligus atasannya sejak di militer.
Moerdiono pernah mengenyam pendidikan di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN), Malang tahun 1957 dan Lembaga Administrasi Negara tahun 1967.
"Karirnya lebih didominasi di Setneg daripada di kemiliteran. Dia dekat dengan Sudharmono, karena itu begitu Sudharmono naik, dia pun naik," jelas sejarawan LIPI ini.
Setelah orde baru berakhir, Moerdiono bersama para loyalis orde baru tersingkir. Dia kemudian berkiprah di Golkar sebelum hengkang ke Partai Gerindra sebagai Ketua Dewan Penasihat di partai besutan Prabowo Subianto ini.
"Saya yang mengajak Pak Moer bergabung ke Gerindra," ujar Wakil ketua Umum Partai Gerindra saat dihubungi detikcom.
Di usia senjanya, sosok Moerdiono kembali ramai dibicarakan orang. Apalagi kalau bukan kisah asmaranya dengan desainer Poppy Dharsono. Pernikahan sirinya dengan Poppy menuai polemik karena anak-anak Moerdiono dari Machica Mochtar tidak mau menerima pernikahan ini.
(ape/rdf)