"Pihak kereta akan menarik ongkos 250 riyal setiap jamaah untuk menggunakan fasilitas ini selama musim haji mulai tanggal 7 hingga 13 Zulhijjah," kata Habib Zaine Al-Abidine, Wakil Menteri Urusan Perkotaan dan Pedesaan, sebagaimana dilansir Arab News edisi Jumat (7/10/2011). Ongkos itu meliputi perjalanan dari Mina menuju Arafah dan dari Arafah ke Muzdalifah dan kembali ke Mina pada hari-hari puncak haji.
Dia menuturkan, kereta Mashair akan mengangkut 90 ribu jamaah per jam. "Tidak ada kereta di dunia memiliki fasilitas mengangkut sebanyak itu dalam waktu singkat," ujar Zaine Al Abidine.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zaine Al Abidine mengindikasikan kereta bisa digunakan sepanjang tahun ini untuk kegiatan turisme, utamanya untuk mengangkut jamaah umroh yang ingin mengunjungi tempat-tempat suci. Pihaknya telah mendirikan sebuah pusat perawatan kereta untuk memastikan kereta itu bebas gangguan. Pusat perawatan seluas 800 ribu meter persegi itu juga termasuk pusat remote-control.
Zaine Al Abidine menyatakan, pengangkutan jamaah dari Mina ke Arafah akan dimulai pukul 11 malam pada 8 Zulhijah dan akan berlanjut hingga pukul 10 pagi esok hari. Dia mengungkapkan rencana untuk memperpanjang rel kereta ke Mekah dan menghubungkannya dengan Kereta Haramain yang akan menghubungkan kota-kota suci Makkah dan Madinah melalui Jeddah.
Jamaah Indonesia
Para jamaah dan pengorganisasi haji gembira dengan proyek bernilai 6,5 miliar riyal itu. Tapi sayang, jamaah Indonesia yang berjumlah 221 ribu orang, belum bisa mencicipinya. Jamaah Indonesia ketika melakukan ibadah di area Armina tetap menggunakan angkutan biasa, yakni bus.
Menurut Kepala Daerah Kerja Makkah (Kadaker) Makkah, Arsyad Hidayat, alasan tidak dipergunakannya angkutan monorel untuk jamaah haji Indonesia lebih banyak karena soal kebutuhan teknis saja. Selain itu memang karena ada sejumlah uang yang nantinya bisa dijadikan beban tambahan dalam penentuan biaya ongkos naik haji sebanyak 250 riyal per orang.
"Untuk saat ini jamaah kita belum menggunakan fasilitas monorel. Argumentasi utamanya karena letak stasiun monorel dan perkampungan jamaah haji Indonesia berada pada temat yang berjauhan. Bila ini dilakukan maka akan menjadi beban baru karena petugas harus mengawasi pergerakan jamaah yang begitu besar menuju stasiun itu. Ini jelas sangat tidak mudah. Apalagi dilakukan pada musim puncak haji," kata Arsyad sebagai diberitakan Media Center Haji (MCH) dari Makkah.
Selain itu, selama ini sewa kendaraan bus yang menjadi moda angkutan jamaah sudah termasuk sewa pengangkutan jamaah ketika hendak menuju dan pulang dari Arafah dan Mina. Jadi bila tetap dipaksakan jamaah haji naik monorel maka ada anggaran biaya haji yang hilang begitu saja.
(nrl/vit)