Batal Terapkan Sistem Contra Flow, DKI Fokus Perbaikan Pelayanan Busway

Batal Terapkan Sistem Contra Flow, DKI Fokus Perbaikan Pelayanan Busway

- detikNews
Senin, 03 Okt 2011 10:03 WIB
Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sempat berencana menerapkan sistem busway berlawanan arah dengan kendaraan regular (contra flow). Langkah itu dilakukan guna memperbaiki sistem transportasi. Namun ternyata niatan itu urung dilakukan. DKI lebih memilih mengoptimalkan pelayanan jalur busway yang ada saat ini.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, penerapan busway dengan sistem contra flow agaknya terlalu beresiko diterapkan di Jakarta.

"Untuk contra flow,setelah kita pelajari, memang Jakarta memerlukan pembelajaran dengan waktu yang panjang. Karena cenderung sulit untuk menerima trend baru dalam pembenahan transportasi massal," terang Pristono saat dihubungi wartawan di Jakarta, Senin (3/10/2011).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih jauh Pristono menjelaskan, sebagai alternatif lain pihaknya lebih memilih meninggikan sparator pada jalur busway. Tujuannya agar jalur khusus ini tetap steril dari kendaraan lain, sehingga lalu lintas bus tidak terganggu.

"Kita tidak mau waktu habis hanya di masa transisi saja, yaitu masa peralihan penerapan kontraflow. Karena itu, kita pilih tetap searah saja jalur busway, tetapi diperkuat separatornya," katanya.

Konsep peninggian sparator ini lanjutnya, setelah mengamati jalur busway yang ada di Istanbul, Turki. Sejak jalur khusus busway itu dibangun di sana, jalur khusus tersebut dibangun pagar bertali kawat di sepanjang koridor busway. Selain itu, untuk perputaran dibangun perputaran tidak sebidang yaitu dengan membangun perputaran underpass dan flyover (jalan layang).

"Jadi tidak akan ada lagi mobil yang masuk ke jalur busway dan memotong jalur tersebut seenaknya. Karena disediakan perputaran jalan bawah dan jalan layang. Serta ada pagar tali kawat yang cukup tinggi tidak bisa dilewati oleh kendaraan atau orang," jelas Pristono.

Rencananya, sparator akan ditinggikan 50 sentimeter. Sparator berbentuk moveable concrete barrier (MCB).

"Tingginya 50 sentimeter dan lebarnya 15 sentimeter. Rencananya, tahun depan, kita akan tinggikan separator tersebut. Kita akan bangun dengan beton, tidak pakai tali. Kalau pakai tali bisa diputus oleh oknum. Bentuknya separatornya seperti anak moveable concrete barrier (MCB)," tambahnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Bernhard Hutajulu, menerangkan pembangunan separator baru akan difokuskan jalur khusus 10 koridor. Anggaran yang dibutuhkan untuk membangun sparator tersebut diperkirakan mencapai Rp 160 miliar.

"Sampai saat ini dalam pembahasan draft Rancangan APBD DKI 2012, baru disetujui sebesar Rp 85 miliar. Tapi kita masih coba lagi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda). Mudah-mudahan total dana yang dibutuhkan itu disetujui," harap Bernhard.

Beberapa waktu lalu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, mengatakan peninggian sparator tersebut dalam rangka perbaikan sistem transportasi di Jakarta dengan bekerja sama berdasarkan asistensi dari tim transportasi Istambul, Turki. Selain meninggikan sparator, tim dari Istanbul juga memberikan masukan seperti konsep pembuatan u-turn (perputaran) dan perbaikan kinerja lampu lalu lintas.

Jika semuanya konsep itu bisa diterapkan, diperkirakan akan mempercepat sekitar 15 persen arus lalu lintas dan meminimalisir kepadatan lalu lintas di jalan-jalan ibukota.

"Kita akan memperbaiki hal-hal yang kecil, seperti memperbaiki konsep perputaran. Dan kenapa memilih bekerja sama dalam hal transportasi dengan Istanbul, karena ada barangkali pengalaman dari Istambul yang bisa kita gunakan untuk perbaikan pelayanan busway. Saya setuju ada kerja sama dengan Istambul, karena antara Istambul dan Jakarta sudah tergabung dalam wadah kerja sama sister city," tegas pria yang biasa disapa Foke ini.

(lia/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads