Puluhan penderita itu mengusung spanduk besar dan berbagai poster yang menunjukan rasa geram terhadap praktik buruk tersebut.
"Tarik ARV kedaluwarsa. Beri sanksi ke Importir Nakal," ucap para pendemo dalam salah satu spanduknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut catatan pendemo yang tergabung dalam #ODHABERHAKSEHAT tersebut, 58 persen 'obat' ARV diimpor dari India. Sisanya yang 42 persen diproduksi dalam negeri dengan anggaran APBN.
"Masalah mulai muncul dari soal distribusi, kedaluwarsa, kelangkaan, efek samping dan minimnya jumlah di pasaran. Karenanya, kami meminta Kemenkes memperkuat monitoring peredaran ARV agar ARV kedaluwarsa tidak beredar," tandas salah satu juru bicara pendemo, Aditya Wardhana.
(Ari/lia)