Tiang bendera itu terbuat dari dua ruas pipa besi yang totalnya sepanjang delapan meter. Tiang itu yang mereka angkut dari Medan dan mendaki hingga puncak Gunung Sibayak, di Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumut.
Untuk kepentingan upacara itu, mereka juga menyiapkan tempat untuk memancang atau menegakkan tiang bendera tersebut. Tempat memancang tiang itu terbuat dari tumpukan batu yang kemudian disemen. Baik semen maupun perangkat tukang untuk menyemen itu, sengaja dibawa dari Medan.
"Upacara ini merupakan salah satu cara bagi kami untuk mengingat jasa-jasa para pejuang. Inilah yang bisa dilakukan saat ini. Ke depan kita akan berusaha membuat yang lebih baik lagi," kata Himawan Siregar, salah seorang peserta upacara, seusai upacara.
Upacara di puncak Gunung Sibayak itu berlangsung hikmat. Puluhan peserta mengikuti kegiatan tersebut dengan cukup serius. Ada pengibaran bendera Merah Putih, ada pembacaan naskah Proklamasi, pembacaan naskah Pancasila dan diakhiri dengan doa bersama.
Kendati sebagian peserta upacara ada yang mengenakan sarung, namun secara keseluruhan acara itu berlangsung baik. Segera setelah upacara berakhir, sebagian peserta membongkar tenda, mengepak ransel dan kemudian turun gunung.
Panitia kegiatan upacara tersebut, yakni Mapala Sumut, rencananya menjadi tim terakhir yang turun dari puncak, dan dipastikan bakal membawa kembali tiang bendera itu untuk dipergunakan lagi tahun depan.
(rul/lh)