Proses Suksesi Kraton Surakarta Disayangkan

Proses Suksesi Kraton Surakarta Disayangkan

- detikNews
Jumat, 25 Jun 2004 16:52 WIB
Solo - Penunjukan KGPH Hangabehi sebagai calon pengganti Paku Buwono (PB) XII yang dilakukan secara sepihak oleh sejumlah kerabatnya dinilai sebagai langkah pemaksaan kehendak. Selain itu juga dinilai memalukan karena dengan telah menyajikan konflik internal kerabat kraton sebagai konsumsi publik."Kalau sudah seperti ini seluruh masyarakat di Solo menjadi malu. Seharusnya konflik seputar suksesi itu tidak perlu mencuat sampai keluar. Itu tindakan yang sangat memalukan," ujar sejarawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Sudharmono, Jumat (25/6/2004).Sudharmono juga menilai manuver yang dilakukan anak-anak PB XII dari istri selir KRAy Pradapaningrum dengan penetapan Hangabehi itu sebagai langkah tidak strategis. "Mereka lebih mengedapankan okol (kekuatan) daripada menggunakan akal. Apa saja akan ditabraknya," ujarnya.Menurutnya, kelompok ini meskipun hanya sebagian kecil dari seluruh anak PB XII, namun selama ini paling gencar bermanuver sehingga terkesan memiliki power paling kuat dalam pengelolaan kraton. Sementara putra anak-anak PB XII dari lima selir lainnya cenderung diam dan apatis sehingga semakin memberi kesempatan bagi kelompok pertama untuk bertindak apa pun.Seperti diketahui, Kamis kemarin sejumlah anak PB XII dengan mengatasnamakan diri Forum Putra Putri PB XII menggelar acara secara sepihak menetapkan Hangabehi sebagai calom pengganti PB XII yang mangkat 11 Juni lalu. Pegageng Parentah Kraton yang juga salah satu putra PB XII, GPH Dipokusumo, menilainya tidak sah karena penyelenggaranya tidak memiliki kewenangan melakukannya.Sudharmono mengatakan bahwa konflik internal di kraton bukan hanya sekali ini saja terjadi. Sejak ratusan tahun lalu, konflik kepentingan di kraton penerus dinasti Mataram itu sudah terjadi. Dicontohkannya perpecahan kraton menjadi Surakarta dan Yogyakarta serta berdirinya dinasti Mangkunegaran adalah buah dari perpecahan tersebut.Namun diharapkannya dalam suksesi kali ini pihak Kraton Surakarta mampu menjadikannya sebagai momentun penting untuk kembali menjaga kontinuitas peran kraton di tengah kehidupan masyarakat, terutama dalam konteks budaya. Jika kraton gagal merebut makna pergantian itu, Sudharmono khawatir akan semakin terjadi pelecehan-pelecehan budaya kraton maupun sebagai institusi.Tak LegalSementara itu Dipokusumo tetap mengatakan bahwa penetapan Hangabehi sebagai calon pengganti PB XII yang telah dilakukan kemarin tidak ada legalitasnya. "Sejauh ini nama Mas Bei sudah sering kami kemukakan sebagai calon pengganti, jadi mengapa harus tergesa-gesa. Sebaiknya semua pihak bersabar menunggu penetapan itu dilakukan oleh lembaga yang berwenang," paparnya.Dipo kemudian melontarkan sebuah ungkapa Jawa yang berbunyi, kesusu selak ngapa, sesuk-sesuk ngenteni apa. Terjemahan bebas dari kalimat itu adalah tergesa-gesa hendak memburu apa, sedangkan kalau menunda-nunda juga menunggu apa. Makna yang bisa dipetik adalah bertindak dengan hati yang jernih, sesuai dasar dan pertimbangan yang matang.Dipo menampik jika penolakannya itu dinilai dirinya punya pamrih menjadi pengganti PB XII. Menurutnya, para leluhur dinasti Mataram telah berpesan agar seluruh keturunan Mataram tidak berambisi atau menyanggupkan diri sebagai raja. "Saya hanya ingin semua pihak berpegang pada angger-angger (peraturan) yang berlaku di kraton," ujarnya. (nrl/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads