Β
"Situasinya, anggota di lapangan kini sudah mengisolasi. Kita juga sudah meminta masyarakat menjauh dari area pesantren," kata Kepala Bidang Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Huseni di Mapolda NTB, Rabu (13/7/2011).
Saat ini tak kurang 200 polisi telah diterjunkan dari kesatuan Brimob, Pengendalian Massa, Densus 88 Anti Teror, penjinak bom dan juga bantuan personel TNI. Seluruh aparat berada di sekitar pesantren.
Β
"Upaya persuasif masih kita upayakan. Negosiasi dengan pengelola pesantren masih terus kita lakukan," kata Sukarman Husein.
Β
Di Bandara Sultan Salahuddin, Bima, tak jauh dari lokasi pesantren, saat ini tengah berlangsung pertemuan antara Muspida Kabupaten Bima, tokoh masyarakat, dan juga aparat kepolisian. Ini terkait rencana polisi memaksa masuk ke pesantren.
Β
Kapolda NTB, Brigjen Arief Wachyunadi, juga sudah berada di lokasi dekat pesantren, memimpin langsung aparatnya. "Kita lihat sampai hari ini," kata Sukarman, saat ditanya polisi butuh berapa hari lagi untuk negosiasi.
Β
Ia memastikan polisi ingin mendalami situasi sebelum masuk ke dalam pesantren. "Polisi ingin memastikan merumuskan langkah yang tepat, prosedural dan profesional, agar nggak ada celah dampak yang lebih besar, akuntabel, sehingga tidak ada kritik dimana-mana," kata Sukarman.
Terkait informasi yang beredar bdi dalam pesantren ada enam bom dan dua buah senjata AK 47, Sukarman menegaskan, polisi belum bisa memastikan itu. "Sampai saat ini kita belum dapatkan itu," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut polisi, bom itu ditujukan untuk polisi. Sementara aksi blokir sempat ricuh dan buntutnya 13 orang lainnya diamankan. Sumber di Mapolda NTB menyebutkan, ponpes tersebut diduga terkait dengan jaringan terorisme di Aceh. Pendiri ponpes itu, U alias Utbah alias Mujahid, saat ini masih diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
(fay/fay)