Namun, saat ditelusuri oleh detikcom. JPO-JPO yang berada disebagian daerah ibukota terlihat jorok dan berbau pesing. Lalu bagaimana para pejalan kaki mau menaiki jembatan tersebut?
"Memang kondisi JPO yang ada tidak terlalu terawat. Ini akan menjadi catatan bagi Pemprov DKI, akan kami bersihkan. Sudah kami koordinasikan dengan Dinas Kebersihan. Namun itu lebih baik dibandingkan menyeberang di jalan yang ramai. Toh keamanan lebih penting," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono, kepada detikcom, Rabu (13/7/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tolonglah masyarakat harus mengawasi dengan saling menegur. Jangan didiamkan saja kalau melihat ada warga lain yang buang sampah sembarangan atau ada pengendara motor yang nekat naik ke atas jembatan. Kalau perlu pegang stang motornya terus disuruh kembali. Kadang saya gemas melihat itu," ujarnya sambil tertawa.
Sementara itu, Udar berpesan bagi penyandang cacat yang ingin menyeberang di JPO agar lebih selektif lagi. Karena tidak semua jembatan menyediakan fasilitas bagi penyandang cacat.
"Bukannya kami mengabaikan penyandang cacat, namun karena keterbatasan lahan kami tidak bisa menyediakan fasilitas itu di semua JPO. Jadi, para penyandang cacat kami harap agar lebih selektif lagi memilih jembatan untuk menyeberang," pesan Udar.
Udar menjelaskan ketersediaan lahan menjadi faktor utama dalam penyediaan fasilitas jembatan lurus bagi penyandang cacat. Jembatan yang lurus, lanjut Udar, memerlukan lahan yang lebih banyak. Namun seperti diketahui, lahan di ibukota terbatas sehingga untuk beberapa titik penyediaan fasilitas jembatan penyandang cacat tidak bisa dilakukan.
"Faktor keduanya adalah biaya, jembatan lurus itu jauh lebih mahal daripada jembatan tangga biasa. Namun itu tidak masalah karena biaya bisa kami carikan. Tapi soal lahan itu yang susah," imbuhnya.
(feb/van)