Tahun 80-an, Anhar Gonggong Ingatkan Kemenaker Tak Kirim PRT ke Arab Saudi

Tahun 80-an, Anhar Gonggong Ingatkan Kemenaker Tak Kirim PRT ke Arab Saudi

- detikNews
Rabu, 22 Jun 2011 15:00 WIB
Jakarta - Sejarawan Anhar Gonggong menilai perbedaan budaya menjadi penyebab kekerasan pada TKW terus berulang di Arab Saudi akibat perbedaan yang tajam. Pada tahun 1980-an, dia pernah mengingatkan pemerintah untuk tidak mengirim PRT ke sana.

Menurutnya pembantu di Arab masih dianggap budak sehingga bisa diperlakukan semau majikannya. "Mereka masih mewarisi budaya-budaya jahiliyah Arab kuno. Mereka menilai pembantu adalah budak yang sudah dibeli dan bebas menerima perlakuan apa saja dari majikannya. Para majikan di Arab menganggap apabila mereka menyiksa, memperkosa atau membunuh itu bukan dosa karena menggangap punya hak penuh kepada para budak tersebut," kata Anhar, Rabu (22/6/2011).

Hal ini dingkapkan Anhar usai seminar nasional Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila Sebagai Solusi dan Identitas Bangsa di Gedung Lemhannas, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anhar sudah memperingatkan mengenai hal tersebut kepada Menakertrans pada era tahun 80-an. Sebarusnya perbedaan budaya ini menjadi pertimbangan untuk mengirimkan TKW ke jazirah Arab.

"Seharusnya ini menjadi perhatian pemerintah bahwa budaya Arab sama sekali bertolak belakang dengan budaya Indonesia. Ini bisa jadi pertimbangan untuk tidak mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri terutama sebagai PRT," katanya.

Pria berambut gondrong ini mengatakan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri tersebut mulai terjadi sejak 1970. Namun mulai marak pada 1980 karena gagalnya pemerintahan Soeharto untuk menyediakan lapangan kerja untuk tenaga kerja tidak terdidik.

"Selain itu pada saat itu pula didukung dengan bermunculannya perusahaan penyalur tenaga kerja yang menjanjikan kerja dengan gaji tinggi," katanya.

Anhar memberikan penilaian berbeda mengenai pengiriman TKW ke Malaysia, Singapura dan negara-negara Asia lainnya. Menurutnya negara-negara tersebut masih satu rumpun Melayu sehingga tidak terlalu menimbulkan halangan.

"Memang ada kekerasan di Malaysia dan Sigapura namun itu dilakukan oleh majikan yang bukan beretnis Melayu. Jadi mereka yang beretnis Melayu jarang melakukan kekerasan," katanya.

Jumlah TKI yang bekerja di luar negeri sebanyak 1,2 juta dan 70% di antaranya bekerja di Arab Saudi.
(nal/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads