Namun jangan menganggap masakan kerak telor hanya dimonopoli orang betawi saja. Justru sebaliknya, penjaja kerak telor justru kebanyakan para pendatang yang mencoba peruntungannya di acara tahunan DKI Jakarta ini.
Seperti tahun-tahun Pedagang kerak telor kembali "menyerbu" arena PRJ. Cukup dengan uang Rp 12 ribu, pengunjung bisa mencicipi gurihnya olahan makanan betawi 'tempo doeloe' ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oto, pedagang kerak telor yang biasa menggelar jualannya di depan pintu 9 arena Pekan Raya Jakarta ini, mengaku bisa meraup omset Rp 300 ribu per hari. "Saya biasa garap sawah, tapi kalau lagi Jakarta Fair (PRJ-red), saya jualan di sini sampai acara tersebut selesai," jelas Oto kepada detikcom, Senin (13/6/2011).
Oto yang biasa bertani di Bayongbong, Garut, rela meninggalkan sawahnya demi keuntungan yang menjanjikan. "Tahun lalu saya bisa meraih keuntungan bersih Rp 3-4 juta, selama acara ini berlangsung," ujar Oto.
Selain Oto, ada juga Ari. Pria kelahiran 1987 asal Garut ini, mengaku baru pertama kali menjual kerak telor di PRJ. Ari yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini, tergiur cerita teman-teman desanya yang mengaku bisa meraih untung besar.
"Sudah 5 hari jualan, omset paling kecil cuma 50 ribu, kalau di kampung mah susah dapat 50 ribu sehari," keluh Ari.
Ari yang berjualan di dekat pintu utama PRJ ini, mengaku belajar kerak telor butuh waktu seminggu. "Iya, bikin kerak telor susah-susah gampang, sampai sekarang pun masih suka salah. Untung pembeli belum ada yang mengeluh," ucap Ari, sambil tersenyum.
Ari dan Oto adalah contoh pedagang kerak telor musiman yang mulai mencoba peruntungannya di PRJ sejak tanggal 9 Juni 2011. Mereka akan segera kembali ke kampung halaman masing-masing pada tanggal 10 Juli 2011.
"Ya kalau acara ini (PRJ-red) selesai, kita akan pulang. Soalnya izin jualannya cuma selama acara ini berlangsung," tutup Ari, sambil terus mengibas kipas bambunya.
(gah/gah)











































