"Pembatas itu sudah kami pasang tiga kali, dan yang ketiga petugas kita malah dihadang bambu runcing. Kita hanya berharap dalam waktu dekat mereka sadar bahwa pembongkaran separator itu justru menyebabkan kemacetan panjang," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, dalam jumpa pers, di Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (13/6/2011).
Pristono mengklaim, sejak separator kembali dibongkar, banyak masyarakat yang melintas di kawasan tersebut merasa dirugikan. Sebabnya, kemacetan kembali terjadi karena lalu lintas kendaraan mengalami crossing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dishub berharap pengertian LVRI. Karena kebijakan itu diambil bukan untuk sepentingan sekelompok orang. "Ada kepentingan yang lebih besar harus yang diperhatikan," keluhnya.
Dishub merasa sudah melakukan yang tepat dengan melaporkan tindakan para LVRI ke kepolisian dan saat ini sedang menunggu hasilnya seperti apa. Salah satu cara agar pada titik itu tidak lagi terjadi kemacetan, ada menutup dengan traffic cone yang mulai diberlakukan mulai pukul 15.00 hingga kemacetan bisa terurai. Sedangkan untuk pagi dan siang harinya, hanya ditempatkan petugas yang akan berjaga di titik tersebut.
"Kalau yang di kepolisian kita lihat seperti apa nanti. Yang pasti kami lihat selama sepekan sampai dua pekan dulu. Kami menginginkan kesadaran dari veteran untuk menutup sendiri karena masyarakat sudah keberatan," tegas Pristono.
Terkait permintaan pembangunan jalan alternatif jika sparator tersebut tetap dipasang, Dishub mengaku sedang melakukan kajian. Namun, untuk penerapannya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
"Kita akan buat tapikan butuhkan waktu," tandasnya.
(lia/ndr)