"Air mata ini saya nilai sebagai tanda malu. Perasaan malu kepada masyarakat. Apalagi selama ini MA sangat resisten terhadap Komisi Yudisial (KY)," kata psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel saat berbincang dengan detikcom, Kamis, (9/6/2011).
Perasaan malu ini sangat wajar, mengingat Tumpa selalu membela mati- matian ke publik kalau lembaganya bersih dari praktek suap. Apalagi baru 3 pekan dia pulang dari Amerika Serikat dan membawa oleh- oleh hasil riset pemerintah AS bahwa peradilan di Indonesia memuaskan bagi 75% masyarakat. Namun, hasil riset ini seakan sirna tanpa bekas usai Syarifuddin tertangkap tangan KPK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, menangis di depan publik bukan pertama kali dipertontonkan orang yang sedang terkena masalah kepada masyarakat. Sebelumnya Komjen Pol Susno Duaji menangis di depan anggota DPR. Gayus Tambunan pun ikut mempertontonkan derai air mata di depan persidangan saat mengakui dirinya keluar penjara berkali- kali. Mantan Ketua KPK juga tidak kuat menahan air matanya saat disidang di PN Jaksel.
Namun, contoh diatas adalah menangis karena apa yang dia alami sendiri. Ekspresi atas perasaan subjektif bahwa dirinya di dzalimi. Tapi mengapa Tumpa menangis atas apa yang tidak dia alami sendiri ? " Sekali lagi saya katakan, hanya dia dan Tuhan yang tahu," ungkap staff pengajar Universitas Bina Nusantara (Binus) ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, Tumpa sempat meneteskan air mata di depan anggota Komisi III DPR saat memberikan pernyataan terkait penangkapan Syarifuddin oleh KPK.
"Tadi diakui tamparan yang sangat berat terhadap para hakim, khususnya kepada Ketua MA. Bahkan Ketua MA sempat menitikkan air mata terhadap kasus hakim Syarifuddin," kata Ketua Komisi III DPR, Benny K Harman, usai pertemuan Komisi III dengan MA di Gedung MA, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, kemarin.
(asp/van)