Tidak Ada Yang Pernah Tanya Relevansi GNB di PBB

Tidak Ada Yang Pernah Tanya Relevansi GNB di PBB

- detikNews
Selasa, 24 Mei 2011 15:09 WIB
Nusa Dua - Gerakan Non-Blok (GNB) memasuki usia ke-50 tahun pada 2011 ini. Relevansi gerakan ini kerap dipertanyakan di Tanah Air. Namun pertanyaan itu malah tak pernah muncul di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

"Di PBB tidak pernah muncul pertanyaan relevan atau tidak GNB ini. Yang ada hanyalah bagaimana untuk strengthening. Karena semua sudah sepakat bahwa GNB ini merupakan the biggest political pressure," ujar Duta Besar Perwakilan Tetap RI untuk PBB, Hassan Kleib.

Hal itu disampaikan dia dalam media workshop 'Revitalisasi Gerakan Non-Blok dan Penguatan Peran Indonesia' di Courtyard Marriott Hotel, Nusa Dua, Bali, Selasa (24/5/2011).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, GNB yang beranggotakan 118 negara bukanlah organisasi, melainkah hanya gerakan. Karena bukan organisasi, maka GNB tidak memiliki sekretariat. GNB hanya memiliki biro koordinasi.

"Yang menjadi pilar adalah keamanan dan perdamaian, pembangunan, serta human rights dan demokrasi," imbuh Hassan.

Dengan tergabung dalam GNB, Indonesia memiliki sejumlah keuntungan. Misalnya saja, Indonesia dekat dengan negara-negara berkembang yang tergabung dalam GNB. Namun Indonesia juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Barat. Karena itu Indonesia cukup dihargai.

"Kita terpilih lagi jadi anggota Dewan Keamanan PBB dengan mengalahkan India dan lain-lain. Suara ini (yang didapat Indonesia) antara lain dari GNB. Ada political investment baik di GNB atau secara personal," sambung Hassan.

Pada 23 hingga 27 Mei 2011, di Bali digelar Konferensi Tingkat Menteri ke-16 Gerakan Non-Blok (KTM ke-16 GNB). KTM kali ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan 50 tahun berdirinya GNB, di mana KTT GNB pertama diselenggarakan pada September 1961 di Beograd, Yugoslavia.

KTM GNB ini mengundang Menlu dari 118 negara anggota dan 2 negara baru yaitu Fiji dan Azerbaijan, yang keanggotaannya dikukuhkan dalam KTM ini. 18 Negara pengamat juga diundang hadir dalam kegiatan ini seperti China, Brasil dan Argentina. 10 Organisasi pengamat pun turut diundang, seperti Uni Afrika, PBB dan Organisasi Konferensi Islam. Selain itu, 26 negara tamu yang antara lain AS, Jepang dan Rusia pun turut hadir.

(vta/rdf)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads