Para pedagang kaki lima di kota kecil yang berbatasan dengan Belanda ini, kebanyakan mengunakan mobil-mobil lumayan mewah jenis van untuk lapak dagangan mereka. Tidak ada gerobak atau mobil pick up.
Karena kondisi pasar yang tampak rapi dan bersih warga yang datang berbelanja merasa nyaman. Apalagi barang-barang yang dijual sangat bervariasi dengan harga yang miring.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pedagang di Sunday Market, kebanyakan para imigran, baik dari Belanda, India, Pakistan, maupun Turki. Mereka menjajakan pakaian, kebutuhan ruah tangga, makanan, dan aneka barang lainnya.
Harga-harga di sunday market ini memang lebih miring dibanding yang ada di toko-toko yang ada di sana. Sebab harga barang yang dibandrol di sana hanya berkiar 3 euro - 10 euro. Sementara di toko-toko untuk mendapatkan sepotong celana atau baju harganya minimal 25 euro.
Ahmmed, warga keturunan India yang berdagang pakaian anak-anak mengatakan, dagangan yang dijajakannya merupakan hasil buatan sendiri. "Kami punya pabrik sendiri. Jadi disain dan bahannya kami yang buat. Kemudian kami beri merek sendiri," jelas Ahmed kepada detikcom.
Kata Ahmed, para pedagang di Sunday Market memang tidak ada yang menjual barang-barang aspal alias barang tiruan. Sebab otoritas setempat atau di kawasan Eropa sangat ketat sekali dalam hal perlindungan hak merek.
"Kalau kami ketahuan berdagang barang tiruan, selain di denda kami juga akan di deportasi," begitu kata Ahmed.
Makanya jangan berharap kita akan menemukan barang-barang yang bermerek terkenal di Sunday Market. Meski demikian model-model pakaian atau kebutuhan rumah tangga lainnya tidak kalah bagusnya dengan merek-merek terkenal yang ada di toko-toko atau butik.
Alasan itulah yang membuat warga Kota Liege sangat menanti kehadiran Sunday Market di setiap akhir pekan.
(ddg/lrn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini