Misalnya saja Amut (19), seorang penjual kopi keliling di Menteng, Jakarta. Dia senang dengan kabar itu, sekaligus pesimis karena sering diumumkan program sejenis namun tidak ada bentuk nyatanya.
"Saya sering dengar program kayak begitu. Tapi nggak pernah dapat," kata Amut kepada detikcom, Kamis (5/5/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pengen seperti Mas, jadi wartawan gitu. Pengennya bisa sekolah sampai kuliah," ungkapnya.
Sementara itu, Niko (16) seorang remaja yang menjadi Pak Ogah di Jembatan Matraman, Jakarta Pusat, juga gembira dengan rencana tabungan itu. "Ya senanglah. Lumayan buat uang sekolah lagi," ujar Niko (16).
Niko mengaku sudah tidak melanjutkan sekolahnya lagi sejak kelas 5 SD karena orang tuanya tidak mampu membiayai. Namun dirinya masih ingin sekolah untuk dapat pendidikan yang layak.
"Pengen sekolah lagi Bang. Daripada di jalanan melulu kayak begini," tuturnya.
Sama seperti Niko, Kancil (26) juga bersyukur jika ada bantuan dari pemerintah. Dia akan menggunakan uang tersebut untuk membiayai sekolah anaknya.
"Selain buat sekolah anak, saya mau bikin warung atau bengkel tambal ban," papar pria yang juga menjadi Pak Ogah ini.
Penghasilannya yang tidak tentu membuat dia kesulitan untuk menghidupi keluarganya sehari-hari. Dia berharap pemerintah bisa konsisten dengan janji-janjinya.
"Penghasilan sehari paling cuma Rp 10 ribu. Nggak cukup buat biaya sekeluarga," cerita Kancil.
(mpr/fay)