Bandung - Malaria mewabah di Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Mulai Mei-Juni 2004, sudah ada 502 kasus malaria yang terjadi di kecamatan itu. Delapan orang telah tewas. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Yudi Prayudha pada wartawan, Senin (14/6/2004) ketika ditemui di Dinas Kesehatan Jabar, Jl. Halmahera Bandung. Sampai sekarang kasus ini belum dinyatakan sebagai KLB (kejadian luar biasa). "Seharusnya kasusnya sudah bisa dinyatakan KLB (Kejadian Luar Biasa), tapi kami hanya bisa merekomendasikan saja. Yang menentukan pemda setempat," katanya. Penyakit malaria di kawasan ini disebabkan dan ditularkan oleh nyamuk Anoples sundaicus. Menurut Yudi, sampai sekarang, malaria ini bukan penyebab kematian yang menimpang delapan orang tersebut. Para korban meninggal, karena pasien terlambat berobat, padahal penyakit malaria yang dideritanya sudah terhitung berat. Catatan Dinas Kesehatan Jawa Barat menyebutkan, sepanjang 2003 lalu kasus serangan malaria di Kecamatan Simpenan jumlahnya mencapai 2.508 kasus dan telah menewaskan sekitar 50 orang. Kasus ini bermula tahun 2001. Diakui oleh Yudi bahwa Malaria merupakan penyakit yang sudah menjadi endemis di Jawa Barat selatan. Terutama di daerah pantai Kabupaten Sukabumi, Garut, Ciamis dan Cianjur. "Dari dulu kasusnya sudah ada, pada bulan-bulan menjelang kemarau angkanya biasanya naik, jumlah kasusnya sendiri tiap tahun selalu turun naik," katanya Kasus malaria terbanyak muncul di Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi yang dihuni sekitar 600 kepala keluarga. Untuk menanggulangi malaria, di desa tersebut didirikan Posko Malaria yang ditempatkan di Kampung Cipunaga, Desa Kertajaya. Warga yang berobat tercatat berasal dari Kampung Cibeas, Cisantri, Pamipiran, Sangrawayang, Cipeundeuy, dan Cisaar.Sementara, 7 diantara warga Kecamatan Simpenan yang tewas berasal dari Desa Kertajaya berasal dari Kampung Simpenan dan Tenjo Laut Desa Simpenan.
Laguna 4 Hektar Sarang JentikDesa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi terletak di wilayah selatan terhitung dekat dengan Pelabuhan Ratu. Kasus malaria yang muncul di wilayah tersebut, tergolong unik, Menurut Yudi, penyebab kasus malaria ini diduga berasal dari laguna yang luasnya mencapai 4 hektar, sekitar 10 kilo meter dari Desa Kertajaya. Pasalnya, laguna yang lokasinya sekitar lima meter dari pinggir pantai selatan Sukabumi, berada di batas barat Desa Kertajaya, sekarang ini terbengkalai dan digenangi air payau. Jentik nyamuk Anoples Sundaicus yang menjadi biang penyebaran Plasmodium Falsifarum atau Plasmodium Vivax penyebab malaria hanya bisa hidup di air payau. "Kalau laguna ini diuruk atau dialiri oleh air asin atau air tawar bisa membunuh jentik nyamuk yang bersarang di sana," kata dia. Yudi menuturkan bahwa malaria termasuk penyakit yang mudah diobati. "Asalkan tidak terlambat penangannannya tidak akan menyebabkan kematian," katanya. Dari segi
public health care, tedapat tiga lini pengobatan yang sudah menjadi prosedur penanganan malaria. Di lini pertama, lorokuin dan Primakuin sebagai pengobatan pertama yang dianjurkan untuk menyembuhkan malaria baik jenis Plasmodium Falsifarum atau Vivax. Lini selanjutnya pengobatan dengan Sufadoxin Pirimetin jika pengobatan lini pertama tidak manjur. Dan lini terakhir, baru menggunakan kina. "Jika prosedur tersebut tidak diikuti, takutnya malah akan bisa terjadi resisten oleh pengobatan selanjutnya jika terkena kembali," kata Yudi. Yudi menganjurkan, untuk memasuki daerah yang sedang terserang malaria dianjurkan untuk meminum Klorokuin 2 tablet, setiap minggunya untuk melindungi diri dari serangan malaria. Obat tersebut harganya relatif murah dan bisa diperoleh di apotek. Dan Klorokuin tersebut berikut dosisnya agar terus diminum sepanjang waktu berada di lokasi endemis. "Jangan langsung meminum kina, sebab kina termasuk ke lini ke 3. Takutnya kalau tetap terkena malaria malah akan sulit untuk diobati," kata Yudi.
(asy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini