"Saya tertarik karena ini merupakan bagian dari negara besar China. Saya sekeluarga menyempatkan kesini sekalian menyelesaikan trip dari Taiwan," kata Noor, seorang pelancong asal Brunei Darussalam, pekan lalu.
Tumpukan batu besar tersebut membentuk bukit yang untuk mencapai puncak, dibutuhkan tenaga ekstra menaiki ratusan anak tangga diantara bebatuan. Namun bila lelah, sejumlah batu besar yang telah diselingi bangunan menyerupai gazebo dapat untuk istirahat. Sekaligus, mata disuguhi pemandangan kota Xiamen dari atas bukit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat detikcom berkunjung ke kawasan padat yang berada di kaki bukit batu tersebut, taxi dan bus terlihat hilir mudik bergantian dengan mobil pribadi keluaran Eropa atau Amerika. Nyaris tidak ada PKL atau sampah berserakan meski beberapa pengemis kerap lalu-lalang meminta sedekah. Tidak ada petugas berseragam polisi berjaga ditiap sudut jalan layaknya di Jakarta. Hanya saja, kamera CCTV bertengger di tiap sudut jalan memastikan keamanan dan ketertiban dibawah kendali.
"Xiamen menarik karena bisa melihat China dari sisi berbeda. Memang tidak seramai Beijing atau Shanghai. Tetapi orisinal-nya sangat kuat terlihat," seloroh Salim, turis Malaysia.
Untuk memasuki kawasan berbukit ini, turis tidak dikenakan tiket. Mereka dapat memasuki lewat gerbang utama yang terbuat dari kayu setinggi hampir 8 meter. Sekitar 200 meter dari pintu gerbang, terdapat kuil Putuo Selatan yang selalu ramai oleh wisatawan atau warga yang ingin berdoa.
"Bila sampai ke puncak, benar-benar terbayar lunas rasa capeknya. Menikmati angin sejuk di bulan April di Xiamen dengan secangkir teh hijau tanpa gula. Melihat ke bawah dan kakek-nenek yang masih sanggup sampai naik bukit ke atas. Itu pengalaman tersendiri," ucap Muslim, wisatawan dari Indonesia.
Hanya saja, sulit sekali memperoleh informasi mengenai kawasan wisata ini. Nyaris tidak ada brosur atau papan penjelasan dalam tulisan latin. Hampir semua menggunakan huruf kanji China dalam bahasa setempat.
Sopir taksi juga jarang yang mengerti bahasa Inggris. Anda perlu menunjukan kartu nama hotel atau brosur wisata untuk meminta dihantarkan ke lokasi yang dikehendaki.
"Beruntung sopir taksi disini cukup jujur. Tidak berputar-putar jalan dan tidak memakai argo kuda," imbuh Muslim.
Untuk mencapai puncak bukit dan menikmati teh hijau diatas, perjalanan udara selama 75 menit perlu ditempuh dari Hongkong menuju bandara Xiamen. Dari bandara, cukup menggunakan taksi sekitar 30 menit perjalanan. Di Xiamen pula, kawasan wisata Pulau Gulangyu berada. Pulau tersebut menawarkan wisata sejarah yang masih orisinil yakni koleksi bangunan dan arsitektur bergaya Victorian pada awal abad ke-XX.
(Ari/mad)