Vulkanologi Turunkan Status Gunung Awu di Sangihe

Vulkanologi Turunkan Status Gunung Awu di Sangihe

- detikNews
Minggu, 13 Jun 2004 16:06 WIB
Bandung - Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung sejak tadi pagi, Minggu (13/6/2004) pukul 06.00 WITA, menurunkan status Gunung Awu dari Awas (level 4) menjadi Siaga (level 3).Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi Dr Ir Surono, kepada detikcom di Bandung, Minggu (13/6/2004) siang, menyatakan penurunan status Gunung Awu di kepulauan Sangihe, ini terkait dengan sudah menurunnya aktivitas vulkanis di sana. Dengan penurunan status aktivitas itu, DVMBG merekomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, untuk bisa mengembalikan penduduk yang mengungsi ke kampung masing-masing secara bertahap. Meski demikian, sebagai antisipasi kemungkinan kegiatan Gunung Awu meningkat kembali, maka pengungsi yang direkomendasikan untuk kembali pada tahap awal adalah yang mobilitasnya bisa tinggi. "Penduduk yang bila diperlukan lagi, maka proses evakuasinya dilakukan dengan cepat, karena transportasi mudah. Misalnya warga Kampung Akembawi, Mitung, Angges Penanekeng, dan Akembuala di bagian barat. Selain itu kampung Beba, Bahang, Kalakube, dan Kampung Mala di (bagian timur-tenggara) dari puncak," tutur Surono.Sementara, untuk pengungsi yang berasal dari bagian utara puncak, Surono menilai mobilitasnya rendah. Yakni, proses evakuasinya lambat karena kendala transportasi. Misalnya warga kampung Kendahe, Talawid, Tariang, Sawang, Bawanto, Patung, dan Tawiro. "Untuk mereka, pengembalian ke kediamannya agar dipertimbangkan dulu belakangan sambil menunggu perkembangan kegiatan Gunung Awu selanjutnya," kata Surono lagi.Dipaparkan Surono, dari pengamatan alat maupun visual, sejak 11 Juni 2004, aktivitas letusan abu berkurang dengan tajam. "Seismograf kami merekam menurunnya amplitudo tremor. Selama masa letusan, amplitudo tremor berkisar antara antara 20 - 45 mm. Setelah letusan 10 Juni 2004, amplitudo tremor mengecil hingga 2 - 3 mm. Gempa vulkanik-dalam juga tidak terekam lagi hingga hari ini," tuturnya.Di Gunung Awu, nilai normal jumlah gempa vulkanik dalam (tipe A) rata-rata dua kejadian setiap minggu. Gunung Awu sendiri dinaikkan statusnya dari Aktif Normal (Level 1) menjadi Waspada (Level 2) pada tanggal 18 Mei 2004 pukul 11.10 WITA. Menjelang akhir Mei 2004, mulai terjadi kegiatan preatik (uap air disertai tekanan tinggi) di dasar kawah meski kecil.Pada tanggal 4 Juni 2004, mulai terjadi gempa vulkanik A yang terekam dalam jumlah yang tidak normal. Keesokan harinya, tanggal 5 Juni 2004 mulai terekam gempa vulkanik secara seri (swarm). Swarm gempa vulkanik tersebut terjadi secara sporadis dan berulang-ulang. "Karena keadaan di dasar Gunung Awu yang semakin kritis, maka pada tanggal 6 Juni 2004 pukul 10.40 satusnya) dinaikan menjadi Siaga (Level 3). Namun karena fluida semakin mendesak dan sudah mengakibatkan letusan abu, maka 37 menit kemudian, pada pukul 11.17 WITA statusnya dinaikan menjadi Awas (Level 4) dan pengungsian mulai dilakukan," papar Surono.Mobilisasi pengungsian mulai dilakukan oleh Pemerintah KabupatenKepulauan Sangihe. Hingga tanggal 10 Juni 2004 jumlahnya 22.593 jiwa atau 6.179 Kepala Keluarga (KK). Letusan yang dikhawatirkan akhirnya terjadi juga pada tanggal 7 Juni 2004, pukul 18.07 WITA atau 6 jam 50 menit sejak status Awas diberlakukan. (gtp/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads