Solo - Nama panjangnya, Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sri Susuhunan Paku Buwana Senapati ing Alaga Kalifatullah Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Ingkang Jumeneng Kaping Kalihwelas ing Karatondalem Surakarta Hadiningrat. Tapi, biasa disingkat Paku Buwono (PB) XII. Berbagai pengalaman pahit dilaluinya sebagai raja yang telah kehilangan wilayah kekuasaan beberapa saat setelah bertahta.Terlahir sebagai BRM Suryo Guritno pada Hari Selasa Legi 21 Ramadhan 1343 H, atau tahun Dal tahun 1855 Jawa. Dalam perhitungan Mesehi sebetulnya dia dilahirkan pada hari Senin Kliwon 13 April 1925, pukul 17.00 WIB. "Tetapi karena dalam perhitungan jawa pergantian hari dimulai pada pukul 14.00 maka beliau disebut lahir hari Selasa tanggal 14 April 1925," kata salah GRAy Kus Murtiyah, seorang putrinya, pada suatu ketika.Selepas dari
Eorepeesche Lagere School (ELS) Pasar Legi, Solo, dia kemudian melanjutkan ke
Hogere Gurger School (HBS) Bandung. Di HBS tidak sempat tamat karena dipanggil ayahnya untuk lebih banyak mendalami ilmu pemerintahan di dalam kraton. Putra dari Paku Buwono XI dari istri permaisuri ini naik tahta 12 Juli 1945 menggantikan ayahandanya. Sepanjang sejarah pemerintahan raja-raja dinasti Mataram, PB XII adalah raja yang paling lama bertahta. Sepanjang sejarah bertahta itu, dia mengalami berbagai pengalaman pahit getir kehidupan sebagai seorang raja di masa krisis.Sebulan kemudian tepatnya 17 Agustus 1945, saat proklamasi kemerdekaan dikumandangkan raja muda ini dengan suka rela menyerahkan kedaulatan kerajaannya untuk bergabung pada negara baru yang bernama Indonesia. Karena itulah dia mendapat sebutan Susuhunan Hamardika, yang artinya Susuhunan yang bertahta di jaman kemerdekaan.Atas kesediannya itu maka sebagaimana kraton Yogyakarta, wilayah Kraton Surakarta, oleh Presiden Soekarno ditetapkan sebagai daerah istimewa dengan nama Daerah Istimewa Surakarta (DIS). Sang Raja kemudian juga dianugerahi gelar Letnan Jendral kehormatan. Selanjutnya dia juga aktif menyokong perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan di masa-masa sulit yang dihadapi oleh negara baru itu. Bantuan logistik, dana, bahan pangan dari kraton pun mengalir.Namun dalam perkembangannya Surakarta yang saat itu menjadi salah satu kota pergerakan paling penting di tanah air harus mengalami nasib pahit, selama-lama bertahun tenggelam dalam perseturuan berdarah menolak swapraja yang dilakukan oleh gerakan massa revolusioner. Mereka mendesak penghapusan swapraja DIS dan dinyatakan sebagai daerah biasa seperti daerah lainnya. Selain itu PB XII diminta turun tahtanya. Desakan ini semakin hari semakin membola salju. Korban pun bermunculan. Wasir Kraton Kasunanan KRMH Sosrodiningrat diculik pada 17 Oktober 1945. Wasir baru KRMT Yudonagoro yang baru lima bulan bekerja juga diculik kelompok tak kenal. Sebulan kemudian sembilan pejabat Kepatihan Solo diculik dan tak pernah kembali. Kondisi ini semakin bertambah runyam ketika sejumlah bupati di daerah Surakarta berhasil disingkirkan diganti oleh orang-orang dari kelompok anti-swapraja.Puncaknya adalah penculikan atau tepatnya penyanderaan oleh kelompok bersenjata terhadap Perdana Mentri Sutan Syahrir pada 22 Maret 1946 yang saat itu berada di Surakarta bersama sejumlah pejabat pusat untuk berunding demi masa depan Surakarta. Akhirnya 6 Juni 1946 Surakarta dinyatakan sebagai daerah darurat. 28 Juni 1946, Soekarno mengambil alih kekuasaan Surakarta ke tangan pusat.Susuhunan Surakarta ini selanjutnya harus menerima kondisi sebagai raja tanpa wilayah. Dalam kondisi ini pada tahun 1954 memutuskan untuk melanjutkan studi di Jakarta. Dia kemudian menunjuk pamannya KGPH Kusumoyudo sebagai pemegang tampuk tahta untuk sementara.Sepulang dari studi dia kembali memerintah di kraton yang telah kehilangan legitimasi kekuasaan dan telah tidak lagi memiliki sumber keuangan untuk mengelolanya. "
Kembang sungsang semune pudhak setegal," demikian Almarhum KRHT Kusumotanoyo, seorang budayawan kraton memberi gambaran tentang rajanya itu. Arti gamblang dari kalimat itu adalah bahwa yang raja yang telah tidak memiliki kekuasaan apa-apa masih harus menghidupi kerabat dan keluarganya yang begitu banyak.Dia juga harus mengalami peristiwa pahit pada 31 Januari 1985 ketika kebakaran hebat meluluhlantakkan hampir seluruh bangunan utama di istananya. Prabasuyasa, Kamar Gadhing, Gedhong Pusaka, Bangsal Prabasana, dan lain-lainya termasuk sejumlah pusaka utama dan artefak utama hangus terbakar.
Pribadi Hangat dan Kurang Suka FormalitasPB XII adalah pribadi yang hangat. Kepada siapapun dia selalu berusaha menyapa lebih dulu. Bahkan ketika sudah duduk bersama, orang tidak akan menyangka bahwa dia adalah seorang raja yang jika di dalam kraton harus duduk megah di singgasana dan para abdinya dengan wajah terpekur tidak berani menatapnya.Dia lebih suka menggunakan pakaian santai bertopi, atau kadang mengenakan blangkon Jawa. Suka melontarkan guyonan segar dan bahkan jika yang diajak ngobrol adalah anak-anak muda, tidak canggung-canggung sang raja akan mengajak berkomunikasi dengan bahan obrolan layaknya yang dibicarakan anak-anak muda.Dia juga lebih suka tinggal di Hotel Sahid Kusuma Raya, Solo. Di tempat itu dia memiliki kamar khusus yang disediakan pihak hotel. Kalau tidak sedang bepergian ke luar kota, di tempat itulah dia lebih sering menghabiskan hari-harinya di masa tua. Dia juga mengaku lebih senang menemui tamu-tamunya di hotel tersebut. "Biar para tamu tidak canggung. Kalau bertemu di kraton, pasti akan ada jarak karena harus mengikuti aturan formal yang berlaku," kata dia pada suatu ketika.
37 Anak, 6 Selir, Tanpa PermaisuriSusuhunan PB XII wafat Jumat pagi ini karena gagal ginjal, penyakit yang telah dideritanya sejak dia tahun silam. Hingga wafatnya dia memutuskan untuk tidak mengambil istri permaisuri dengan alasan dilarang keras oleh ibunya. Dia sering mengaku tidak mengetahui secara pasti alasan pelarangan itu namun tetap diturutinya.Selanjutnya dia memilih untuk mengambil istri selir. Dia memiliki 37 putra-putri dari enam orang selirnya. Enam selir itu saat ini tinggal dua orang yang masih hidup yakni GRAy Pujaningrum dan GRAy Retnodiningrum. Empat lainnya sudah lebih dahulu wafat yakni GRAy Mandayaningrum, GRAy Pradapaningrum, GRAy Kusumaningrum, dan GRAy Riyo Rogasmoro. Yang terakhir mendapat gelar tanbahan Riyo karena berasal dari darah bangsawan (
sentana).Dari 37 putra-putrinya, dua diantaranya meninggal di saat anak-anak. Sedangkan satu orang putrinya meninggal di saat telah berumahatangga karena menderita sakit. Saat ini masih terdapat 35 putra dan putrinya. Salah satu putranya adalah KGPH Kolonel (Inf) Suryo Tejo yang saat ini menjabat sebagai Aspers di Kodam Siliwangi. Salah satu putrinya GRAy Kus Murtiyah adalah anggota DPR RI Komisi VI dari F-PDIP.Mungkin karena tidak memiliki putra dari permaisuri ini pulalah yang menyebabkan dia tidak menetapkan atau menunjuk salah satu dari enam belas putranya sebagai putra mahkota atau setidaknya sejak awal ditunjuk sebagai calon pengganti. Berkali-kali, dalam berbagai kesempatan dia menolak berbicara lebih jauh mengenai sikapnya itu. Meskipun dibayang-bayangi kemungkinan terkadi perpecahan keluarga sepeninggalnya, namun dia tetap bersikukuh untuk diam.Dalam suatu kesempatan pembicaraan dengan
detikcom, PB XII pernah mengatakan bahwa dirinya tidak mau menetapkan sejak awal siapa calon penggantinya adalah karena situasi yang tidak memungkinkan."Saya masih ingin
momong (mengasuh) anak cucu, jangan diganggu dengan persoalan seperti itu. Tapi selain itu saya juga punya pertimbangan dengan sikap ini. Apakah anak-anak saya juga bisa tahan menderita seperti saya. Apakah anak-anak juga bisa bersama-sama membangun masa depan kraton," tuturnya saat ituSebagai manusia lumrah, Sinuhun mungkin benar tapi mungkin juga meleset. Kita lihat nanti apakah para putra-putri Sinuhun mampu memutuskan dengan bijak melalui mufakat repat keluarga untuk menunjuk salah satu putra sebagai PB XIII.Pihak putra dari ibu selir Pradapaningrum mengklain bahwa Sinuhun telah meninggalkan wasiat, yang intinya dia menghendaki suksesi berjalan sesuai ketentuan tradisi kraton. Jika tidak ada putra dari permaisuri dan tidak ada putra mahkota maka putra tertua adalah pengganti raja yang mangkat. Ini jelas menunjuk KGPH Hangabehi, putra dari selir Pradapaningrum.Namun selama ini, Sinuhun sepertinya banyak memberi ruang kepada GPH Dipokusumo untuk berperan di kraton. Dia ditunjuk sebagai
Pegageng Parentah Kraton, yang menjalankan 'roda pemerintahan' di kraton. Dia pula yang sering ditunjuk untuk mewakili Sinuhun dalam berbagai kesempatan atau acara penting. Dipo pula yang diperkenankan tinggal di nDalem Sasonomulyo, rumah di dalam kompleks kraton yang semula dihuni PB XI sebelum dinobatkan sebagai raja menggantikan ayahandanya PB X.Waktu penentuannya masih agak panjang. Keluarga akan memutuskan sebelum Sinuhun dimakamkan di Astana Imogiri, Yogyakarta, Senin mendatang. Yang kita harapkan sebagai salah satu penjaga gawang kebudayaan nasional, Kraton Surakarta mampu mengambil sebuah keputusan yang melegakan bagi banyak orang demi kelangsungan hidupnya. Raja baru harus dinobatkan paling lambat 40 hari setelah raja lama wafat.
(asy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini