Mereka berasal dari berbagai Kabupaten/Kota di Jateng seperti Magelang, Temanggung, Salatiga, Kebumen, Semarang, Boyolali, Solo, Purworejo. Mereka didatangkan khusus untuk melakukan uji coba olahraga wisata arung jeram di Magelang.
Puluhan difable dan tuna netra ini melakukan aksi arung jeram yang digelar dalam rangka pembentukan Paguyuban Operator Arung Jeram (POAJ) Magelang, sekaligus acara 'POAJ Peduli Terhadap Tuna Netra & Difable' yang digelar di Kawasan Arung Jeram Elo Magelang Minggu(24/4/2011) untuk menunjukan bahwa olahraga arung jeram merupakan olahraga yang menantang namun aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi pertandingan bola voli yang dilakukan oleh difable berlangsung seru. Kendati beberapa peserta melakukan dengan keterbatasan dan kekurangan anggota tubuh mereka. Puluhan penonton berdecak kagum dengan aksi bola voli yang mereka lakukan. Bahkan diselingi dengan tawa geli dan tepuk tangan meriah.
Pemandangan yang sama juga terjadi saat penyandang cacat tuna netra melakukan pertandingan sepakbola dengan skor 2-1 atas kemenangan tim Tuna Netra berseragam putih dari tim berseragam biru.
Bola yang digunakan adalah bola khusus yang berisi 'klintingan' (bel kecil) yang berada di dalam bola yang menjadi rebutan mereka. Jika bola jatuh maka, beberapa anggota tuna netra segera mengejar dan menendang bola.
Bahkan, sering terjadi tabrakan antar sesama pemain karena keterbatasan pengelihatan mereka. Namun, jalannya pertandingan berjalan dengan meriah.
Usai pertandingan, acara dilanjutkan dengan kegiatan arung jeram dari Kawasan Kampung Ulu. Setelah mengikuti pengarahan tentang cara dan keterampilan berarung jeram (rafting) puluhan tuna netra dan difabel lengkap dengan perlengkapan seperti pelampung, helm dan dayung meluncur ke titik start arung jeram. Tepatnya berada di basecamp vertical adventure di Desa Blondo, Kecamatan Pabelan, Magelang.
Arung jeram pun dimulai, sebanyak 23 perahu karet mulai turun di Sungai Elo sekitar pukul 14.00 WIB. Total peserta sebanyak 50 orang penyandang cacat tuna netra dan 25 orang penyandang cacat difable. Di masing-masing perahu berisi 4 orang tuna netra, 2 orang difable dan 2 pemandu rafting.
Usai mengarungi riak gelombang dan hempasan arus Sungai Elo sepanjang 5 kilometer, sekitar pukul 17.45 WIB puluhan tuna netra dan difable bersitirahat sejenak di base camp peristirahatan di Desa Mungkid, Kecamatan Mungkid, Magelang. Sambil melepas kelelahan mereka menikmati segarnya kelapa muda.
"Awalnya kami merasa sangat khawatir saat akan mengikuti olahraga arung jeram dengan keterbatasan fisik kami. Namun, usai menjalani setengah rute ternyata tantangan yang kami rasakan sangat mengasyikan," ujar Rantiman salah seorang pengurus Persatuan Tuna Netra (Pertuni) Jateng ini.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Riyanti, penyandang tuna netra yang berasal dari Gombong, Kebumen, Jateng. Saat memulai untuk mengarungi jeram Sungai Elo, dirinya merasa sangat khawatir. Tetapi setelah menjalaninya ternyata mengasyikan.
"Ini kan saya rasakan untuk pertama kali. Kalau bisa bila ada kesempatan yang kedua saya ingin melewatinya kembali, ungkap Riyanti dengan senyumnya.
M Agus Tri Haryanto salah satu pengurus POAJ menyatakan olahraga arung jeram ini sengaja diujicobakan kepada penyandang cacat tuna netra dan difable. Terbukti, dengan keterbatasan dan kekurangan fisik mereka tidak menghalangi untuk mengikuti dan melangsungkan olahraga menantang di alam bebas ini.
"Paling tidak membuktikan bahwa bahaya ancaman banjir lahar dingin tidak menjadi halangan untuk melangsungkan olahraga wisata arung jeram. Sebab, tidak ada hubungan antara bencana lahar dingin di Kawasan Merapi dan arung jeram di Sungai Elo, Magelang," ungkap Agus yang sering dipanggil Agus Vertical ini.
(rdf/rdf)