"Ini murni fenomena alam, bukan bagian dari bioterorisme apalagi 'alien species'" ujar guru besar Ilmu Hama Tanaman IPB, Prof Aunu Rauf, kepada detikcom, Rabu (13/4/2011).
Ulat-ulat yang ditemudi di Pasuruan, Banyuwangi, Bojonegoro, Bekasi, Sumedang, dan Bali, menurut dia, pada umumnya berbeda jenisnya dengan yang menyerang mangga di Probolinggo. Sebab ulat di Bekasi menyerang semak-belukar, sedangkan ulat di Banyuwangi menyerang mindi, dan ulat di Bali menyerang kenanga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rauf mencontohkan kehadiran ulat Cricula trifenestrata yang populasinya meledak hampir setiap tahun. Akibat adanya ulat ini, seluruh daun alpukat dan kedondong habis. Namun kondisi gundulnya pohon ini malah diyakini merangsang terjadinya pembungaan.
Menurut Rauf, serangan ulat bulu di Probolinggo, Jawa Timur, pada 4-5 April lalu telah mereda. Hal itu dikarenakan sebagian besar ulat telah menjadi kepompong. Pada hari ini diperkirakan sebagian besar kepompong telah menjadi ngengat dan meletakkan telurnya.
"Karena pohon mangga yang sudah terserang itu gundul, diperkirakan ngengat akan terbang ke pohon lain yang belum terserang, baik yang ada di sekitarnya maupun yang berjarak cukup jauh," terang alumnus Universitas Wisconsin, Madison, AS ini.
Karena ada kondisi yang berbeda, maka perlu deteksi dini terhadap serangan ulat bulu. Pemusnahan dapat dilakukan dengan memotong ranting pohon yang terserang hama tersebut lalu menguburnya.
"Karena intensifnya pengendalian yang dilakukan dinas terkait dan masyarakat, dan mulai meningkatnya peran musuh alami seiring dengan meningkatnya ulat, maka dalam 1-2 minggu terakhir ini, tampaknya serangan lanjutan dari generasi ulat berikutnya, kalaupun terjadi, maka tidak akan terlalu dahsyat," jelas Rauf.
(vit/nrl)