"Harusnya siklus hidup ulat bulu berkisar 4-7 minggu mulai dari telur sampai kupu-kupu. Tapi karena adanya perubahan cuaca, atau cuaca ekstrem siklus hidup mereka menjadi lebih pendek," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta Ipih Ruyani, dalam jumpa pers di Gedung Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (13/4/2011).
Selain faktor cuaca, Ipih mengatakan, wabah ulat-ulat tersebut bermunculan karena menurunnya jumlah predator seperti burung, dan serangga seperti semut rangrang, lalat dan lebah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun begitu, Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta yakin bahwa wabah ulat ini tidak akan menyerang Jakarta secara keseluruhan seperti yang terjadi di Probolinggo, Jawa Timur. Karena apa yang terjadi di Jakarta Barat itu sudah terjadi sejak tahun 2007 dan itu setiap tahunnya terulang. Bukan secara tiba-tiba seperti di Jawa Timur.
"Jadi apa yang terjadi di Jakarta ini bukan migrasi dari Jawa Timur," tegasnya.
Jika dilihat dari populasi tanaman,Β sebenarnya wilayah Jakarta Selatan juga mungkin terserang wabah ulat ini. Tapi sampai saat ini belum ada laporan yang masuk.
"Karena wilayah Jakarta Selatan itu banyak pohon-pohon, tapi sampai saat ini belum ada laporan, dan kita harap juga tidak ada," jelas Ipih.
(lia/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini