Veven SP Wardhana:
Tidak Logis Tarik Iuran Televisi
Rabu, 09 Jun 2004 12:02 WIB
Jakarta - TVRI yang sekarang bersaing dengan 10 televisi swasta, tak ada angin tak ada guntur, tiba-tiba tengah mengkaji untuk menghidupkan lagi iuran televisi yang pernah diberlakukan pada era 1995-an lalu.Menurut pengamat pertelevisian Veven SP Wardhana, kebijakan itu sangat tidak logis. Apalagi penarikan iuran televisi disatukan dengan rekening listrik. Jika tak bayar iuran televisi, aliran listrik diputus."Itu cara-cara yang uncivilized. Televisi dan listrik itu dua hal yang berbeda, bagaimana bisa disambung-sambungkan? Itu adalah bentuk ancaman. UU keduanya kan berbeda, nggak bisa campur aduk seperti itu dong," ujar Veven dalam percakapan dengan detikcom, Rabu (9/6/2004) pukul 11.30 WIB.Seperti diberitakan Selasa kemarin, stasiun televisi pemerintah TVRI berencana mengefektifkan kembali iuran televisi. TVRI kini sedang mempelajari tawaran kerja sama dari beberapa pengusaha untuk menarik iuran televisi yang digabung dengan tagihan listrik. Besar iuran akan berkisar antara Rp 3 ribu sampai Rp 12 ribu tergantung daya listrik yang digunakan. Iuran terendah, yakni Rp 3 ribu, akan dikenakan pada pelanggan listrik yang menggunakan listrik dengan daya 450 watt.Dalam proposal yang ditawarkan pengusaha itu disebutkan TVRI akan memperoleh bagian sebesar Rp 100 miliar per bulan. Tapi tidak dijelaskan Rp 100 miliar tersebut berapa persen dari keseluruhan hasil penarikan iuran. Juga tidak dijelaskan hal-hal yang lebih rinci dan teknis dalam proposal ini. Misalnya, apakah pelanggan listrik yang tidak memiliki pesawat televisi juga tetap dikenai iuran.Selain dari segi cara penarikannya, Veven SP Wardhana juga menyoroti sah tidaknya iuran itu. "Iuran itu untuk apa? Apa sebagai pajak televisi barang mewah? Sekarang kan televisi bukan barang mewah lagi. Ketika kita pertama kali beli televisi pun sudah dipajaki kan?" ungkapnya."Kalau iuran itu untuk TVRI sendiri, logikanya juga bagaimana? Bagaimana kalau kita nggak nonton TVRI? Lalu duit itu untuk apa, bayarin karyawannya, perbaikan kualitas karyawan TVRI? Itu semua harus jelas," paparnya.Kalau TVRI nantinya mengganti iurannya menjadi iuran penyiaran, Veven mempertanyakan apakah televisi lainnya sebagai media penyiaran juga akan dapat bagian. "Jika nantinya iuran televisi itu dicoba dihidupkan lagi, pasti akan melahirkan resistensi yang kuat," katanya.
(nrl/)