"Kami prihatin sekali. Penayangan video tawuran sama saja dengan mendidik anak menjadi pelaku kekerasan. Sebab, dunia anak itu dunia meniru apa yang dilihatnya. Anak itu peniru ulung," kata Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait kepada detikcom, Kamis (7/4/2011).
Menurut dia, orang tua dan lembaga pendidikan diminta turun tangan. Salah satunya, menggalakkan penggunaan internet yang sehat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, orangtua diminta mengawasi anak-anak saat menggunakan internet, memberikan arahan-arahan ketika si anak menyaksikan tayangan kekerasan di internet.
Selain itu, lanjut Arist, perlu diadakan ekstra kulikuler di sekolah tentang menggunakan teknologi internet yang sehat.
"Itu harus dilakukan," kata Arist.
Aneka video tawuran pelajar kini banyak di-upload di Youtube. Rata-rata memakai judul dengan nama sekolah A melawan sekolah B. Misalnya saja tawuran 'Israel VS Boedoet', 'Baskara VS Mensis', 'Bhe Kha VS Taroena'. Sebagian besar video tawuran, peristiwanya terjadi di Jakarta.
Ada yang memang direkam warga di sekitar lokasi kejadian. Namun yang membuat kita mengurut dada, banyak pula video itu justru direkam para pelaku tawuran sendiri. Video ini ada yang diuplod oleh para siswa sendiri. Video tawuran ini pun dikomentari oleh pihak-pihak yang bertikai dengan aneka kalimat sumpah serapah.
Di Depok, video tawuran siswa dua sekolah yang kerap bermusuhan, mengundang keprihatinan para orang tua. Mereka khawatir video yang direkam oleh siswa pelaku tawuran ini akan memicu lebih banyak tawuran.
(aan/fay)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini