Obama: Kami Berhasil Hentikan Gerakan Maut Kekuatan Khadafi

Obama: Kami Berhasil Hentikan Gerakan Maut Kekuatan Khadafi

- detikNews
Selasa, 29 Mar 2011 19:14 WIB
Obama: Kami Berhasil Hentikan Gerakan Maut Kekuatan Khadafi
Washington - Serangan militer pasukan sekutu ke Libya belakangan mendapat kritikan. Barack Obama sebagai presiden AS, salah satu negara yang tergabung dalam pasukan sekutu, menyatakan keberhasilannya menghentikan gerakan maut kekuatan pemimpin Libya Muammar Khadafi.

"Saya bisa laporkan bahwa kami telah berhasil menghentikan gerakan maut dari kekuatan Khadafi," kata Obama dalam pidato kenegaraannya melalui Libya di National Defense University, Washington DC, AS, Senin (28/3). Salinan pidato kenegaraan Obama itu dikirimkan Kedubes AS di Jakarta, Selasa (29/3/2011).

Obama menuturkan, selama lebih dari empat dekade, rakyat Libya telah dipimpin oleh seorang tiran yang telah merampas kebebasan rakyatnya dan mengeksploitasi kekayaan rakyat. Tiran, yang dimaksud adalah Khadafi, disebutnya telah membunuh orang-orang yang menentang baik di dalam maupun di luar Libya, dan meneror orang-orang yang tidak bersalah di seluruh dunia –termasuk warga-warga Amerika yang telah dibunuh oleh agen-agen Libya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bulan lalu, cengkeraman rasa takut yang dimiliki Khadafi atas rakyatnya mulai memudar seiring munculnya harapan kebebasan. Di kota-kota besar dan kecil di seluruh Libya, rakyat turun ke jalan untuk menuntut hak-hak asasi manusia yang mendasar. Dengan satu suara para warga Libya menyatakan, 'Untuk pertama kalinya kita memiliki harapan bahwa mimpi buruk selama 40 tahun yang kita alami sebentar lagi akan berakhir'.Β Β 

Dihadapkan dengan gerakan oposisi ini, Khadafi mulai menyerang rakyatnya sendiri. Sebagai presiden, kekhawatiran pertama Obama adalah terkait keselamatan para warga AS di Libya. Karena itu, pemerintah AS segera mengungsikan seluruh staf Kedutaan Besar beserta semua warga AS di Libya.

"Dalam jangka waktu beberapa hari saja, kami segera melakukan langkah-langkah untuk merespons agresi oleh Khadafi ini. Kami telah membekukan aset milik rezim Khadafi bernilai lebih dari US$ 33 miliar," terangnya.

Bersama dengan negara-negara lainnya di Dewan Keamanan PBB, AS memperluas sanksi-sanksi yang telah ada, mengadakan embargo senjata, dan membuka jalan agar Khadafi dan orang-orang sekitarnya dapat mempertanggungjawabkan kejahatan-kejahatan mereka. "Saya telah menyatakan dengan jelas bahwa Khadafi telah kehilangan kepercayaan dari rakyatnya dan legitimasinya untuk memimpin, dan saya telah menyatakan bahwa ia harus mundur dari kekuasaannya," imbuhnya.

Walaupun dengan adanya kecaman dari seluruh dunia, Khadafi tetap memilih meningkatkan serangan-serangannya serta meluncurkan kampanye militer terhadap rakyat Libya. Rakyat-rakyat yang tidak bersalah menjadi target pembunuhan. Rumah-rumah sakit dan mobil-mobil ambulans pun telah diserang. Tidak hanya itu, lanjut Obama, para wartawan ditangkap, dilecehkan secara seksual dan kemudian dibunuh.

"Persediaan-persediaan bahan makanan dan bahan bakar di tahan. Persediaan air untuk ratusan ribu warga di kota Misrata dihentikan. Kota-kota besar dan kecil ditembaki dengan meriam, masjid-masjid dihancurkan, dan gedung-gedung apartemen diratakan menjadi puing-puing," sambungnya.

Pesawat-pesawat jet militer dan helikopter-helikopter bersenjata digunakan pula oleh Khadafi untuk menyerang orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk membela diri dari serangan udara. Dengan adanya tindakan-tindakan brutal dan represif tersebut serta mulai munculnya sebuah krisis kemanusiaan, Obama lantas memerintahkan pengiriman kapal-kapal perang ke Laut Mediterania. Para sekutu Eropa juga menyatakan kesediaannya untuk menggunakan sumber-sumber daya mereka demi menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang terjadi.

"Kelompok Oposisi Libya dan Liga Arab meminta masyarakat dunia untuk menyelamatkan rakyat Libya. Lewat perintah dari saya, Amerika memimpin sebuah usaha bersama dengan para sekutu kita di Dewan Keamanan PBB untuk menghasilkan sebuah esolusi bersejarah yang memberlakukan sebuah zona larangan terbang demi menghentikan serangan-serangan udara Rezim Khadafi, serta untuk mengsahkan berbagai tindakan yang diperlukan demi melindungi rakyat Libya," ucap Obama.Β 

Sepuluh hari yang lalu, setelah pasukan sekutu mencoba untuk menghentikan aksi-aksi kekerasan di Libya dengan berbagai cara-cara damai, masyarakat internasional menawarkan Khadafi sebuah kesempatan terakhir untuk memilih menghentikan kampanye pembunuhannya atau menghadapi konsekuensinya. Namun Khadafi tidak mengindahkannya. Malahan kekuatan militernya terus maju menuju kota Benghazi yang dihuni oleh sekitar 700.000 pria, wanita dan anak-anak yang berusaha untuk menggapai kebebasan dari rasa takut.

Pada saat itu, Amerika Serikat dan dunia dihadapkan pada sebuah pilihan. Khadafi telah menyatakan bahwa ia 'tidak akan menunjukan belas kasihan' kepada rakyatnya sendiri. Ia menyamakan mereka dengan tikus-tikus, dan mengancam akan datang dari pintu ke pintu untuk menghukum mereka.

Obama mengingatkan, di masa lalu masyarakat telah menyaksikan bagaimana Khadafi menggantung warga-warga sipil di jalanan, dan membunuh lebih dari seribu orang dalam jangka waktu satu hari saja. Sekarang bisa dilihat bahwa kekuatan-kekuatan rezimnya telah tiba di perbatasan kota.

"Kami sadar jika kami menunggu satu hari sajaΒ  lebih lama maka Benghazi –kota yang ukurannya hampir sama dengan kota Charlotte di AS– bisa dihabisi dalam sebuah pembantaian yang bisa mengguncang seluruh kawasan tersebut serta menodai hati nurani dunia," terang Obama.

Membiarkan hal itu terjadi tidaklah sesuai dengan kepentingan nasional AS. Obama menolak untuk membiarkan hal itu terjadi. Itulah sebabnya sembilan hari yang lalu, setelah berkonsultasi dengan pimpinan kedua partai di Kongress, Obama mengotorisasikan sebuah aksi militer untuk menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang terjadi dan untuk mengimplementasikan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973.

"Kami menyerang pasukan-pasukan Rezim yang bergerak mendekati Benghazi untuk melindungi kota tersebut dan menyelamatkan penduduknya. Kami menyerang pasukan Khadafi di kota Ajdabiya yang bertetangga, sehingga kekuatan oposisi dapat memukul mundur pasukan tersebut," imbuhnya.

Obama mengklaim pasukan sekutu juga menyerang alat-alat pertahanan udara miliknya demi membuka jalan untuk ditegakannya Zona Larangan Terbang. Sasaran kami adalah tank-tank dan aset-aset militer yang telah mengepung dan mencekik kehidupan di berbagai kota. Dan malam ini, saya bisa laporkan bahwa kami telah berhasil menghentikan gerakan maut dari kekuatan Khadafy.

Dalam usaha ini, AS tidak bertindak sendirian. Bahkan AS telah tergabung dalam sebuah koalisi yang kuat dan terus berkembang. Koalisi ini meliputi para sekutu-sekutu dekatnya, yakni negara-negara seperti Inggris, Perancis, Kanada, Denmark, Norwegia, Italia, Spanyol, Yunani dan Turki. Kesemuanya telah berjuang bersama AS selama berdekade-dekade. Meski demikian, koalisi itu juga meliputi mitra-mitra dari negara Arab seperti Qatar dan Uni Emirat Arab, yang telah memilih untuk ikut mengambil tanggung jawab dalam membela rakyat Libya.

(vit/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads