"Akan ada lagi bom yang sama tapi bukan berbentuk buku, casingnya mungkin
berubah," kata pengamat intelijen, Mardigu Wowiek Prasantyo usai Dialog Kenegaraan bertajuk 'Informasi Negara vs Informasi Publik dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Pusat dan Negara' di gedung DPD RI, Senayan, Rabu (16/3/2011).
Mardigu yakin perakit bom merupakan orang lama yang hanya menggunakan modus yang berbeda. Sehingga mereka benar-benar terlatih dan profesional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, bom buku yang dikirimkan ke sejumlah target menggunakan pegas untuk mengaktifkannya. Sehingga meskipun telah disiram air, bom akan tetap meledak bila dibuka karena terdapat pegas di dalamnya.
Mardigu menambahkan, perakit sengaja menggunakan buku berjudul 'Mereka harus Dibunuh' agar menarik perhatian sehingga mengundang orang untuk membukanya. Sebelumnya, mantan anggota Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas menyebut bom di dalam buku itu dengan istilahnya booby trap dengan operasi asasinasi.
Bobby trap adalah perangkap yang dirancang untuk membunuh atau melukai orang secara serius. Karena bentuknya perangkap, maka dibutuhkan umpan yang dirancang untuk memancing korban agar mau mendekat. Lalu umpan yang digunakan dalam kasus ini adalah buku.
Berdasarkan Wikipedia, booby trap yang mematikan sering digunakan dalam perang, khususnya perang gerilya. Perangkap ini dirancang untuk menimbulkan luka atau sakit. Terkadang perangkap juga digunakan oleh penjahat yang ingin melindungi obat-obatan terlarang atau properti lainnya.
(feb/gun)