Aktivitas Gunung Tambora, Krakatau dan Toba Dipantau

Aktivitas Gunung Tambora, Krakatau dan Toba Dipantau

- detikNews
Senin, 07 Mar 2011 19:35 WIB
Jakarta - Pemerintah memantau aktivitas 3 gunung berapi di Indonesia yaitu, Gunung Tambora, Gunung Krakatau dan Gunung Pusuk Buhit Toba. Ketiga gunung itu teramati meningkat aktivitasnya.

Pemantauan dilakukan Staf Khusus Presiden RI Bantuan Sosial dan Bencana bersama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi karena keaktifan ketiganya.

“Pemantauan atas Tambora, Krakatau, dan Toba, merupakan bagian upaya mitigasi bencana. Kita perlu memiliki data perkembangan aktivitas gunung-gunung api yang ada di Indonesia untuk dilaporkan secara kontinyu kepada pengambil kebijakan dan disosialisasikan kepada masyarakat,” ujar Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief dalam rilis yang diterima, Kamis (7/3/2011).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andi menambahkan, PVMBG yang berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meningkatkan pemantauan terhadap aktivitas ketiga gunung itu. Hal itu dilakukan PVMBG, yang dipimpin Dr Surono, sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mendeteksi setiap perkembangan aktifitas gunung api.

“Data-data yang didapatkan dari lapangan akan berguna bagi pengembangan sistem peringatan dini serta perancangan pola antisipasi dini terhadap potensi bencana. Kita menyiapkan tata cara mengantisipasi ancaman letusan gunung api sekelas Tambora,” lanjutnya.

Gunung Tambora dipantau karena selain meningkat aktivitasnya, juga memiliki sejarah letusan yang besar pada tahun 1815. Saat itu letusan gunung, yang terletak di Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat itu, abu vulkaniknya menutupi sinar matahari, sehingga mendorong terjadinya perubahan iklim dunia.

Dampaknya, benua Eropa tidak mengalami musim panas selama beberapa tahun, sehingga hampir semua negara di sana mengalami gagal panen, kelaparan hebat. Bahkan diyakini jadi salah satu penyebab kekalahan tentara Napoleon Bonaparte dalam berbagai peperangan.

“Jika Tambora meletus pada saat ini, maka dikhawatirkan akan menyebabkan lumpuhnya jalur penerbangan dunia. Abu vulkanik Tambora mengandung silik sehingga apabila mengenai mesin jet pesawat dapat menyebabkan kerusakan mesin,” jelas mantan aktivis mahasiswa tahun 1998 ini.

Selain Tambora, Anak Krakatau juga merupakan gunung api yang mendapatkan pemantauan khusus. Gunung yang muncul pada tahun 1930, pasca letusan besar Gunung Krakatau pada 1883 itu memiliki periode letusan yang relatif pendek, antara 1 hingga 4 tahun. Karena itu, tidak terjadi penumpukan energi yang besar di Anak Krakatau, sehingga kecil kemungkinan terjadinya letusan besar dan juga tsunami.

“Meskipun demikian, karena aktivitasnya yang tinggi, Anak Krakatau dipantau dari dua Pos Pengamatan yaitu di Kalianda, Provinsi Lampung dan di Pasauran, Banten," imbuhnya.

Sistem pemantauan dilakukan dengan memasang peralatan pencatat gempa dan tilt meter di Pulau Anak Krakatau, sedangkan data di transfer kedua pos pengamatan dan ke kantor PVMBG Bandung melalui VSAT.

Gunung api ketiga yang mendapatkan pengamatan adalah Gunung Pusuk Buhit, gunung sisa Gunung Toba yang pernah meletus sekitar 70 ribu tahun yang lalu. Pusuk Buhit yang digolongkan sebagai gunung aktif tipe C tidak meninggalkan catatan letusan sejak tahun 1400. Aktifivas Pusuk Buhit saat ini lebih banyak mengeluarkan air panas. Karena itu, gunung ini hanya dipantau secara episodik saja.

(nwk/lh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads