Seperti dilansir CBC News, Selasa (22/2), Saif lahir pada 25 Juni 1972 di Tripoli, Libya. Mengawali karir sebagai arsitek, Saif lantas menempuh S2 di Wina, Austria dan meraih gelar MBA.
Lantas dia mendirikan organisasi Gadhafi International Foundation for Charity Associations (GIFCA). GIFCA ini sangat aktif terlibat dalam berbagai proses negosiasi terkait kasus-kasus penculikan oleh kelompok militan Islam, antara lain di Filipina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saif seorang diplomat ulung, dan terlibat dalam berbagai urusan politik luar negeri Libya. Pandangan-pandangan Saif dinilai cukup reformis.
Pada 2003, Saif mengaku pernah dilobi badan intelijen Inggris MI6 untuk memberi informasi soal senjata pemusnah massal yang dikembangkan ayahnya, dan akhirnya membuat sang ayah menghentikan program senjata itu.
Saif juga banyak melobi agar Libya mendapatkan kompensasi dari Italia, negara bekas penjajahnya. Dia bahkan membantu korban serangan udara oleh Libya untuk mendapatkan ganti rugi.
Salah satu lobinya yang sukses adalah membebaskan Abdelbaset al Megrahi pada 2009, terpidana kasus pemboman pesawat Pan Am di Lockerbie, Skotlandia. Kasus Lockerbie yang terjadi pada 1988 disebut-sebut sebagai aksi terorisme yang diperintahkan langsung oleh Khadafi dan mengundang kemarahan dunia.
Dengan sederet prestasi dalam hubungan internasional, Saif pun digadang-gadang sebagai penerus Khadafi. Namun seperti dilansir CTV News, Saif pernah berkonflik dengan sang ayah pada 2006. Dia mengkritik rezim Khadafi yang otoriter.
Saif lantas pergi meninggalkan Libya dan baru kembali pada 2008. Namun saat kembali, Saif mengatakan dirinya tidak tertarik untuk melanjutkan kepemimpinan sang ayah.
Kini, saat Libya diterpa krisis, Saif pun mencoba tampil untuk meredam suasana. Dia berpidato di televisi bahwa unjuk rasa di Libya dapat mengarah pada perang saudara. Namun apa daya, kekacauan di Libya sudah tidak dapat dihentikan.
(fay/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini