Tolak Pembangunan Apartemen, Warga Rawasari Jahit Mulut

Tolak Pembangunan Apartemen, Warga Rawasari Jahit Mulut

- detikNews
Minggu, 13 Feb 2011 12:53 WIB
Jakarta - Dua perempuan warga Rawasari Selatan, Jakarta Pusat, itu terlentang di dalam bedeng. Mulutnya dijahit. Dua perempuan lainnya mempelester mulutnya dengan lakban. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas pembangunan apartemen Green Pramuka.

Pantauan detikcom, Minggu (13/2/2011), warga Rawasari membangun tenda dan bedeng di depan pintu masuk apartemen Green Pramuka di Jl Ahmad Yani, Kelurahan Rawasari Selatan, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Sekitar 30 warga memenuhi tenda dan bedeng tersebut.

Warga menduduki pintu masuk menuju apartemen sejak Jumat (11/2) lalu. Awalnya, mereka hanya memasang tenda dan bedeng. Namun pada Sabtu (12/2) dini hari, dua warga yakni Mak Buyung (56) dan Ibu Ardinah (55) melakukan aksi mogok makan. Mereka mempelester mulutnya dengan lakban coklat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian pada Minggu dini hari, dua warga lainnya yakni Ibu Eet (45) dan Ibu Lusi (53) nekat menjahit mulutnya. Mereka tidur di dalam bedeng yang dibangun ala kadarnya di trotoar Jalan A Yani.

Demonstrasi yang digelar warga berlangsung damai. Warga hanya duduk-duduk di sekitar lokasi. Di dalam bedeng, mereka memasang beberapa foto. Misalnya saja foto Ibu Eet yang membawa tulisan 'Aksi Jahit Mulut Sampai Mati'. Ada pula foto Ibu Lusi yang membawa tulisan senada.

Di lokasi, dipasang pula keranda mayat bertuliskan 'Aksi Jahit Mulut Sampai Mati'. Mereka pun memasang tulisan 'Kami Marah Karena Ditindas', 'Aksi Mogok Makan Warga Rawasari, Kembalikan Hak Kami' dan 'Jangan Beli Apartemen Green Garden'. Spanduk Apartemen Green Pramuka milik pengembang pun ditulisi 'Bermasalah' oleh warga. Spanduk LSM Bendera juga tampak di lokasi.

Warga yang mogok makan dan jahit mulut, berkomunikasi dengan cara menulis di buku. Ibu Lusi kepada detikcom mengatakan, apa yang dilakukannya tidak sesakit saat dirinya digusur beberapa waktu lalu.

"Lebih sakit waktu digusur. Jahit mulut sampai ada ganti rugi dari pengembang," tulis Ibu Lusi yang pada siang ini menempelkan 3 koyo di keningnya. Sementara itu beberapa rekannya mengipasi dia. Maklum, Jakarta siang ini sangat menyengat.

Salah satu warga Rawasari, Seno Budiarto, yang ikut demo mengatakan, warga melakukan aksi karena Pemerintah DKI telah membohongi warga. Dia menuturkan, 3 tahun lalu warga digusur dari tempat tersebut dengan alasan untuk pembangunan ruang terbuka hijau (RTH). 2-3 Bulan pasca pembongkaran, Pemprov DKI mengadakan seremonial , bahkan ada acara tanam pohon segala.

"Tapi pada kenyataannya, mereka bongkar sendiri pohon-pohon ysang sudah ditanam, dirusak, lalu dibangun apartemen Green Pramuka ini. Itu tepatnya setahun lalu. Jadi kami merasa dibohongi oleh pemerintah," kata Seno kesal.

Tuntutannya apa? "Kami ingin pembangunan apartemen Green Pramuka ini dihentikan karena bermasalah. Mereka telah menzalimi ribuan warga. Kami juga meminta tanah kami dikembalikan. Kalau tidak, tanah kami dikembalikan. Paling tidak apa yang menjadi hak kami selama 30 tahun dikembalikan," lanjutnya.

Menurut Seno, sejauh ini tidak apa upaya dialog dari pengembang. Dia mengancam, jika tidak ada dialog maka warga akan terus melakukan aksi. Warga bahkan berencana akan membangun bedeng-bedeng lagi di sekitar apartemen yang siap dibangun itu.

Pada Minggu siang ini, tidak ada aktivitas yang berarti di sekitar lokasi pembangunan apartemen. Pagar menuju kantor pemasaran digembok. Di depan pagar dipasangi spanduk dari LSM Bendera. Sedangkan di dalam areal Green Pramuka yang masih dalam proses pembangunan tampak 2 polisi yang berjaga ditambah satuan pengaman dari pihak pengembang

Tanah yang digunakan untuk pembangunan apartemen luasnya sekitar 10 hektar. 1.502 jiwa dengan 167 KK terkena gusur untuk pembangunan apartemen ini. Yang tergusur antara lain adalah pedagang keramik dan warga di belakang pedagang keramik yang merupakan warga Kelurahan Rawasari Selatan RT 16 RW 9.

(vit/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads