"Ada misleading akhir-akhir ini seolah-olah pemicu penyerangan adalah 17 orang dari Ahmadiyah yang datang dari Jakarta," kata Chairul Anam dari Human Rights Working Group (HRWG) yang ikut mendampingi Arif (A) dalam jumpa pers di Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Jumat (11/2/2011).
Arif adalah perekam penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik. Salah satu klip karyanya sempat bisa dilihat di Youtube. Hari ini Arif batal buka-bukaan di Komnas HAM dan memilih pindah ke Mabes Polri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wartawan yang hadir dibagikan selebaran yang terdiri dari 4 halaman dan berisi klarifikasi dan temuan fakta kasus Cikeusik dari LBH Jakarta, Kontras, HRWG, ILRC dan YLBHI.
Lembar pertama berisi poin "mengapa ada warga Ahmadiyah datang ke Cikeusik?" Isinya adalah:
Β
Tanggal 29 Januari 2011, ada ancaman dan teror bahwa akan ada penyerbuan. Pesan diteruskan kepada jamaah yang lain.
Tanggal 4 Februari 2011, ada teror dan ancaman berupa SMS bahwa akan ada penyerbuan sekitar tanggal 5 atau 6 Februari.
Lalu, 3 orang yang bertahan menghubungi kolega-kolega Ahmadiyah yang terancam kehilangan properti dan aset.
17 Warga Ahmadiyah datang membantu untuk mempertahankan yang menjadi properti dan hak milik Ahmadiyah.
17 Orang Ahmadiyah berangkat tanggal 5 Februari malam dan sampai Cikeusik tanggal 6 Februari pukul 08.00 WIB.
Lembar kedua bertuliskan "apakah 17 orang yang datang ke Cikeusik melakukan provokasi dan menantang warga?" Isinya:
"Menurut keterangan resmi Kepolisian, kerusuhan disebabkan oleh 17 orang Ahmadiyah menantang warga karena mengeluarkan statement akan mempertahankan properti hingga titik darah penghabisan."
Pernyataan ini adalah salah satu penggalan dialog antara 17 jemaah Ahmadiyah yang baru sampai ke Cikeusik dengan aparat Kepolisian yang datang ke rumah Pak Sutarman 1 jam sebelum penyerangan.
Dialog ini bersifat privat, tertutup dan disampaikan dengan kekeluargaan hanya dengan aparat Kepolisian.
Pernyataan ini tidak disampaikan kepada massa yang bisa dikategorikan tantangan.
Pertanyaannya, kenapa aparat Kepolisian membocorkan pernyataan itu dan justru memprovokasi massa penyerang?
Kenapa polisi menggunakan dalil ini sebagai penyebab bukan fokus pada gerakan perencanaan dan pelaksanaan penyerangan yang telah dipersiapkan secara matang, terorganisir dan terstruktur?
Lembar ketiga, "Apakah penyerangan timbul karena 17 warga Ahmadiyah datang ke Cikeusik?" Isinya:
Ini sangat keliru karena sesungguhnya massa sudah ada di sekitar.
Penyerang berasal dari luar Cikeusik. Jadi butuh waktu minimal 3 jam.
17 Warga Ahmadiyah baru sampai pukul 08.00 WIB. Dialog dengan polisi pukul 09.00 WIB dan para penyerang menyerbu rumah pukul 09.45 WIB.
Lembar keempat: berarti ada atau tidak 17 jamaah Ahmadiyah penyerangan tetap terjadi.
Sementara itu, kuasa hukum Arif, Nurcholis, menyampaikan hal yang sama. Ia juga membantah 17 orang Ahmadiyah bukan bagian dari skenario yang memprovokasi warga.
"Akhir-akhir ini beritanya soalnya sudah mengarah seolah-olah itu rekayasa dan 17 warga Ahmadiyah itu jadi bagian dari skenario lalu memprovokasi warga. Itu tidak benar," tegasnya.
(aan/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini