Dalang Ki Manteb cs Duga Wayang Meseum Radya Pustaka Dipalsukan

Dalang Ki Manteb cs Duga Wayang Meseum Radya Pustaka Dipalsukan

- detikNews
Selasa, 08 Feb 2011 13:45 WIB
Solo - Dalang Ki Manteb Sudharsono dan 3 dalang kenamaan lain di Solo mendatangi Museum Radya Pustaka, Solo. Mereka menduga sejumlah koleksi wayang di museum itu dipalsukan.

Empat dalang itu mendatangi Museum Radya Pustaka, Selasa (8/2/2011). Dari pengamatan langsung, keempatnya memastikan sebagian koleksi wayang yang disimpan di museum tertua di Indonesia tersebut telah dipalsukan. Mereka juga mendesak pihak pengelola museum segera menindaklanjuti temuan tersebut.

Ki Manteb Sudharsono, ditemani KGPH Benowo, Ki Jlitheng Suparman dan Ki Susilo Thengkleng. Mereka memeriksa secara jeli wayang-wayang yang dipajang di ruang pamer museum yang terdiri dari Wayang Purwa Mahabharata dan Ramayana, serta Wayang Gedhog. Keseluruhan wayang yang dikoleksi Radya Pustaka adalah peninggalan Paku Buwono X dari Keraton Surakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pemeriksaan itulah diketahui seluruh Wayang Purwa Mahabharata Putri telah digantikan. Ki Manteb memastikan sembilan dari sepuluh wayang putri itu diganti dengan wayang baru. Sedangkan satu wayang lainnya, yaitu Wayang Dewi Kunthi masih dia ragukan keasliannya. Dalang yang terkenal dengan slogan 'Pancen Oye' ini memastikan wayang Dewi Kunthi tersebut wayang kuno, namun tidak mencirikan wayang koleksi keraton.

KGPH Benowo berpendapat lebih tegas. Dia memastikan seluruh wayang putri tersebut palsu, termasuk wayang Kunthi yang diragukan oleh Ki Manteb. Dia berani memastikan karena sejumlah ciri-ciri khusus wayang koleksi keraton tidak terdapat dalam wayang tersebut.

"Yang inipun (sambil menunjuk wayang Dewi Kunthi) juga bukan koleksi keraton, meskipun ini wayang kuno. Ciri-cirinya berbeda dengan wayang koleksi keraton. Sebagai wayang warisan masa lalu, tidak ada salahnya disimpan sebagai koleksi, tapi kalau disebut sebagai wayang koleksi keraton masa PB X, jelas tidak benar," papar Benowo yang juga putra almarhum Paku Buwono XII tersebut.

Keempat dalang itu juga sepakat menyebut wayang Arjuna, Anoman, Werkudara, dan Gunawan Wibisana pada koleksi tersebut adalah bukan wayang asli milik koleksi Paku Buwono X. Ki Manteb tidak menyebut wayang itu palsu tetapi salin atau digantikan.

"Kalau saya sebut palsu pasti nanti diperdebatkan, karena semua ini memang asli wayang. Terbuat dari kulit asli, dengan sunggingan (ukiran) sesuai wayang pada umumnya. Artinya semua ini asli wayang. Tapi kalau disebut bahwa seluruh wayang ini koleksi PB X maka kami memastikan beberapa diantaranya telah salin (diganti) dengan wayang lain yang bukan koleksi aslinya," papar Manteb.

Keempat dalang tersebut juga memeriksa koleksi Wayang Gedhog, yaitu wayang periode panji. Dari pengamatan mereka, koleksinya tidak lagi lengkap. Beberapa anak wayang telah tidak ada di tempatnya. Pada simpingan kiwa ada empat hingga lima anak wayang yang hilang, sedangkan pada simpingan tengen diperkirakan sembilan hingga sepuluh anak wayang yang hilang.

Keempat dalang tersebut menilai pengelola telah lalai dalam menjaga warisan budaya. Mereka juga mendesak pengelola Museum Radyapustaka untuk segera menindaklanjuti temuan tersebut dengan melaporkannya kepada pihak yang berwenang.

Ketua Komite Museum Radya Pustaka, Sanjata, ketika ditemui bersedia meneruskan informasi tersebut kepada Walikota Surakarta selaku pihak yang menempatkannya untuk mengelola museum. Nantinya, langkah yang akan dilakukan oleh pengelola museum tergantung pada arahan yang diberikan walikota kepada komite.

"Kami ini orang baru. Baru sejak November 2008 kami bertugas disini. Saat kami datang, kondisinya sudah seperti ini," ujar Sanjata sembari menjelaskan bahwa komite dibentuk oleh Pemkot Surakarta untuk menggantikan pengelola lama yang dijebloskan ke penjara karena terbukti melakukan pemalsuan sejumlah patung koleksi museum tersebut.

(mbr/fay)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads