Demikian dikatakan Michael Gumelar, ketua sekaligus pendiri Komunitas UFO Indonesia (UFO-Indonesian Community/UFO-IC), saat berbincang dengan detikcom, Selasa (25/1/2011).
"Kurang lebih 3 kali saya lihat UFO," kata Michael yang juga dosen di Universitas Multimedia Nusantara ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena naik motor kan nggak mungkin lihat ke atas, tapi entah kenapa saat itu tiba-tiba saya kepengen lihat ke atas, dan saya melihat seberkas cahaya biru," kisah Michael.
Michael melanjutkan, setelah beberapa detik, cahaya itu mendadak hilang dan menimbulkan semacam gelombang di langit. "Gelombang itu seperti air tenang di lempar batu. Seperti masuk ke dimensi lain," kata dia.
Penglihatan kedua, kata Michael, ia lihat bersama anak dan istrinya di langit kediamannya di Sawangan, Depok. Saat itu, katanya, ada seberkas cahaya merah yang bergerak cepat dan tiba-tiba menghilang.
"Kalau pesawat kan pasti pelan, ini cepat," kata Michael menambahkan tetangganya juga ikut menyaksikan.
Ditanya bagaimana ia bisa yakin bahwa itu UFO, Michael mengatakan, bahwa UFO sebagai 'benda terbang yang tidak teridentifikasi' harus dilepaskan dari persoalan apakah ada alien atau tidak di dalamnya.
"Itu persoalan lain, yang jelas ada benda terbang yang masuk planet lain," kata jebolan master of arts salah satu universitas di Skotlandia ini.
Sejumlah pengalaman melihat UFO itu jugalah yang akhirnya menuntun Michael membuat Komunitas UFO Indonesia. Dia mengatakan, komunitas yang kini berjumlah 69 orang, termasuk para peneliti ini, menjalankan kegiatannya tidak sekadar untuk senang-senang. Tapi juga mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan UFO.
"UFO-IC merupakan komunitas yang berfokus pada riset tentang bagaimana membuat UFO dengan teknologi manusia bumi," kata pengelola situs http://ufo-ic.blogspot.com ini.
Saat ini, kata Michael, pihaknya sudah melakukan riset kecil-kecilan dengan membuat sebuah benda mengambang dengan menggunakan medan magnet. Meski baru penelitian kecil, dia berharap hasil risetnya itu bisa menjadi lompatan untuk pengembangan ilmu pengetahuan berikutnya.
"Siapa tahu nanti 20 atau 50 tahun lagi jadi kenyataan. Galileo Galilei saja pertama kali gambar pesawat ditertawakan orang, tapi nyatanya sekarang?" kata Michael.
(lrn/nrl)