Seperti dilansir Reuters, Jumat (14/1/2011), pesawat dan truk militer mondar-mandir membawa kayu dan baju untuk para korban banjir. Di berbagai sudut kota, kegiatan tetap lumpuh, kecuali warga yang mulai bersih-bersih.
"Usaha yang kita konsentrasikan hari ini adalah tanggap darurat. Brisbane seperti daerah perang," kata Premier Queensland, Anna Bligh, dalam wawancara televisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di pusat kota Brisbane, sisa luapan Sungai Brisbane adalah lumpur bau di pusat keramaian dan obyek wisata Kincir Brisbane yang terkenal. Bligh meminta perusahaan asuransi mau berbaik hati menanggung kerugian para nasabah. Banyak warga yang tidak tahu ternyata asuransinya tidak termasuk banjir.
Pantauan udara di Brisbane menunjukkan air masih banyak menggenang menyisakan atap rumah, walau berangsur-angsur surut. Sofa dan kulkas mengapung di air yang kotor. Warga dievakuasi dengan perahu, dan mereka tidak tahu kapan bisa pulang ke rumah.
Banjir di Queensland juga berdampak untuk WN Indonesia yang tinggal di sana. Tercatat 126 WNI mengungsi dalam banjir besar yang telah menewaskan belasan orang itu.
"126 WNI diungsikan dari kediaman mereka," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, saat dihubungi detikcom, Jumat (14/1).
Michael mengatakan, 126 WNI ditampung di 16 posko pengungsian, yang juga merupakan tempat tinggal WNI yang tidak terkena dampak banjir. Separuh dari mereka adalah mahasiswa. Dia menambahkan, seluruh pengungsi juga dalam keadaan baik.
"Tidak ada korban jiwa dari WNI," kata Michael.
(fay/nrl)