"Kebanyakan konten pornografi lokal diproduksi oleh 'sukarelawan'. Kebanyakan korbannya adalah wanita," ujar aktivis antipornografi, Peri Umar Farouk kepada detikcom, Minggu (9/1/2011).
Peri menjelaskan saat ini produksi rekaman seks amatir melalui handphone atau handycam di Indonesia mencapai puluhan ribu. Jumlah ini bahkan diperkirakan melebihi rekaman serupa di Amerika Serikat. Kegiatan sexting diantaranya merekam dan menyebarluaskan rekaman seks maupun menulis pesan singkat porno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara di indonesia belum ada edukasi atau pendidikan seperti ini. Ironisnya lagi, kasus-kasus video porno ini justru marak dilakukan remaja di daerah daripada di kota besar. Mungkin malah lebih besar dari Amerika Serikat," terang dia.
Peri dan rekan-rekannya saat ini menggagas gerakan 'Porn Me Not' pada wanita. Istilah ini diartikan sebagai jangan jadikan saya korban pornografi. Gerakan ini merupakan kelanjutan dari 'Gerakan Jangan Bugil di Depan Kamera'. Mengingat sebagian besar korban pornografi adalah wanita. Setelah putus, atau dengan tujuan memeras, mudah saja pasangannya memeras para wanita ini.
"Saya selalu mengatakan Tuhan maha mengampuni, tapi internet tidak. Sekali beredar lewat internet, peredarannya tidak bisa lagi dibendung. Jangan sampai melakukan sesuatu yang akan disesali nanti," pesannya.
(rdf/feb)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini