Rumah Bung Hatta, Antara Sejarah dan Beban Biaya

Rumah Bung Hatta, Antara Sejarah dan Beban Biaya

- detikNews
Jumat, 07 Jan 2011 02:27 WIB
Jakarta - Di tengah peristiwa raibnya sebuah lukisan 'Cah Angon dan Kerbau' karya Basoeki Abdullah, keluarga Proklamator, Mohammad Hatta mengeluhkan mahalnya biaya pemeliharaan rumah bersejarah yang pernah didiami Bung Hatta di Jl Diponegoro 57, Jakarta Pusat.

Menantu Bung Hatta, Sri Edi Swasono kepada wartawan menuturkan setiap tahunnya keluarga harus merogoh kocek Rp 20-30 juta untuk membayar kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

"Biaya segitu tidak murah untuk seorang pensiunan. Apalagi setiap bulannya rumah ini harus membayar listrik sebesar Rp 4 juta," kata Edi di ruang kerja kediaman Bung Hatta, Kamis (6/1/2011).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Besarnya biaya listrik, kata Edi, karena digunakan untuk menerangi perpustakaan yang dimiliki Bung Hatta di lantai 2 rumah bergaya art deco tersebut. Di dalam perpustakaan itu, listrik 24 jam menyala agar 20 ribu koleksi buku sang Proklamator tidak lapuk karena lembab.

"Listrik saja harus mengeluarkan Rp 4 juta per bulannya," keluh Edi.

Berbagai upaya keluarga lakukan untuk membantu penyelamatan rumah bersejarah tersebut. Termasuk mengirimi surat kepada Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo agar dapat keringanan PBB. Namun, respon pemerintah provinsi belum juga disambutnya.

"Sampai akhirnya saya berinisiatif mengirim surat ke Pak Yudhoyono (Presiden SBY), karena ini salah satu rumah bersejarah yang masih terjaga," katanya.

Keluarga, lanjut Edi, terus berupaya menyelamatkan aset bersejarah tersebut. Setiap aset mereka jaga keasliannya. Bahkan, koleksi-koleksi lukisan yang dimiliki Bung Hatta.

Rumah seluas kurang lebih 1.000 meter itu memiliki dua lantai. Putri bungsu Bung Hatta, Halida Hatta dan anaknya tinggal di lantai dua.

Di dalam rumah tersebut, terdapat tiga sekat ruang. sekat pertama adalah diperuntukan untuk ruang kerja Bung Hatta, ruang tamu, dan toilet yang berada di tembok yang dipasangi lukisan yang biasa disebut Hatta 'Cah Angon dan Kerbau'. Toilet tampak apik dan kering tanda jarang digunakan.

Sekat kedua terdapat ruang tidur. Di luar ruangan terdapat beberapa kursi tempo dulu yang berjajar kiri ke kanan yang biasa digunakan untuk jamuan tamu Bung Hatta.

Sementara sekat ketiga menjadi ruang santai dan ruang makan Bung Hatta beserta keluarga. Ketiga sekat tersebut memiliki akses masuk. Namun, hanya pintu di sekat ketiga yang selalu terbuka. Selebihnya terkunci rapat setiap hari.

"Di sini dijaga supaya tetap steril, bahkan pembantu bisa dibilang jarang bersih-bersih di sini, enggak setiap hari," cerita Edi.

Ruang untuk tinggal para pembantu rumah berada di sayap kiri rumah, atau berada tepat di belankang garasi yang mampu menampung 4 mobil.

Suasana pekarangan kediaman Bung Hatta terlihat asri dan rindang pepohonan yang tumbuh. Beberapa kursi ditempatkan di teras halaman.

Menurut salah seorang pembantu yang telah bekerja selama 40 tahun, Atik (55), rumah tersebut selalu sepi dari penghuni. Halida meninggalkan rumah tersebut untuk menjemput aktivitas kesehariannya dari pagi hingga malam hari.
(ahy/mok)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads