"Sejak almarhum meninggal, makam itu dikelola PSSI. Tapi PSSI dari dulu janji-janji saja, tidak pernah memberikan perhatian," ungkap salah satu cucu almarhum, Wuly, kepada detikcom, Selasa (28/12/2010).
Menurut Wuly, pada 1960-an itu, atau beberapa tahun setelah jenazah kakeknya dikebumikan, PSSI memperbaiki makam Soeratin. Seluruh bagian makam dibangun, termasuk pagar yang mengelilinginya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Segitukah penghargaan yang diberikan oleh PSSI? Sementara kalau dia memberikan hadiah (dalam kompetisi sepak bola) selalu yang gede-gede. Masa yang kecil-kecil itu nggak mampu?" ucap Wuly.
Wuly mengaku sempat mencoba menghubungi Sekjen PSSI Nugraha Besoes untuk menagih janji pengelolaan makam kakeknya. Namun, hingga saat ini, upayanya tersebut tak kunjung mendapat jawaban menggembirakan.
"Sepertinya mereka agak sedikit konflik. Pak Nugraha mengirim saya ke Pak Edi, salah satu pengurus juga. Kata Pak Edi, ya, sudah ayo kita urus sendiri. Saya juga dapat bantuan dari Pak Asvi (Sejarawan Asvi Warman Adam)," ungkap Wuly.
Wuly meminta PSSI memberikan perhatian kepada makam Soeratin, yang notabene adalah monumen persepakbolaan di tanah air. "Itu kan menjadi monumen sepak bola di Indonesia. Seharusnya PSSI lebih memberi perhatian," tutup Wuly.
Dikutip dari berbagai sumber, sejarah singkat PSSI dimulai dari kepulangan Soeratin Sosrosoegondo, seorang insinyur lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, tahun 1928. Setelah sempat bekerja di perusahaan konstruksi milik Belanda, Sizten en Lausada, ia aktif di bidang pergerakan.
Soeratin, yang memang gemar sepak bola ini, memandang olah raga tersebut bisa dijadikan sarana sebagai pembangkit nasionalisme. Karena itu, ia mulai menghubungi tokoh-tokoh di Solo, Yogyakarta, dan Bandung untuk membentuk sebuah organisasi persepakbolaan.
Lalu tanggal 19 April 1930, lahirlah Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) dari pertemuan yang diikuti beberapa klub sepak bola dari berbagai daerah. Nama PSSI diubah menjadi seperti sekarang ini dalam kongres PSSI di Solo tahun 1950. Sejak saat itu, Soeratin juga ditetapkan sebagai ketua umum pertama. (irw/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini