Menyusuri Sore di Banda Aceh dengan Becak Motor

ADVERTISEMENT

Menyusuri Sore di Banda Aceh dengan Becak Motor

- detikNews
Kamis, 09 Des 2010 17:25 WIB
Jakarta - Awalnya agak ragu merogoh uang Rp 20 ribu cuma untuk naik becak motor dari Hotel Hermes Palace ke Masjid Baiturrahman. Namun, ketika tiba di tujuan, barulah tahu kalau becak adalah pilihan transportasi terbaik untuk mengelilingi Kota Banda Aceh.

Jarak antara Hotel Hermes Palace yang berada Jl T Panglima Nyak Makam dengan masjid terbesar di Banda Aceh itu sekitar 3 Km. Uang sebesar itu sebanding dengan ongkos bajaj BBG di Jakarta untuk jarak yang sama bukan?

"Ya sudah, ayo silakan naik!" ajak Tarmidzi, kata sang pemilik becak, yang sebelumnya memasang tarif Rp 25 ribu kepada detikcom, Minggu (5/12/2010), lalu, di Banda Aceh.

Selain murah, becak motor rupanya menjadi transportasi andalan di Banda Aceh. Sepanjang jalan menuju Masjid Baiturrahman, terlihat sejumlah moda transportasi mirip angkutan kota. Namun, becak motor tampak cukup mendominasi.

Seperti halnya bajaj di Jakarta, becak motor layak dijuluki 'raja jalanan' di tanah rencong. Becak memang kembali berjaya di Banda Aceh. Pada waktu terjadi tsunami tahun 2004, konon 1.500 becak hanyut oleh gelombang air laut.

Becak motor sebenarnya tidak hanya ada di Aceh, tapi juga di Pulau Bangka Belitung (Babel). Bedanya ada pada posisi tempat duduk penumpang. Tempat duduk penumpang becak di Babel berada di depan, sedangkan di Banda Aceh terletak di samping kiri.

Pembuatan becak motor ala Aceh memakan biaya yang tidak sedikit. Untuk kerangka besi tempat duduk penumpang, pemiliknya harus merogoh kocek sebanyak Rp 2 juta. Belum lagi atapnya yang terbuat dari kain tahan air.

"Saya bikin ini tahun 2005. Untuk besinya ini saja Rp 2 juta," kata Tarmidzi sambil menyetir becaknya menyusuri jalan-jalan di Banda Aceh, sore itu.

Paling banyak, sepeda motor yang digunakan untuk becak motor komersial adalah berjenis bebek. Seperti kepunyaan Tarmizi. Ia merangkai becaknya pada sepeda motor bermerk Honda Astrea Grand buatan tahun 90-an.

"Meski dipasang di sepeda motor, becak ini tidak berpengaruh pada mesin. Buktinya mesin motor saya masih bagus," kata salah seorang warga Banda Aceh, yang tiap hari mangkal di depan Hotel Hermes ini, sambil tersenyum.

Tapi, saat diajak bicara mengenai pendapatan seorang tukang becak di Banda Aceh, air muka Tarmizi berubah. "Maaf, maaf, ya. Pendapatan saya sangat kecil. Saya baru narik satu kali ini sejak pagi," ucapnya.

Tidak terasa, 15 menit berlalu di atas becak Pak Tarmidzi. Di ujung mata memandang, sudah tampak kubah Masjid Baiturahman nan megah, menandakan jarak yang semakin dekat.

"Kalau di Aceh tidak usah khawatir malam-malam tidak ada becak. Becak beroperasi 24 jam di sini," kata Tarmidzi.

(irw/gun)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT