"Pak Wapres juga mendukung prinsip ini sebagai bagian dari edukasi tentangΒ bahaya merokok," kata mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kartono Muhammad usai mengikuti pertemuan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau dengan Wapres di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Barat, Jumat (12/11/2010).
Saat berbicara, Kartono menunjukkan satu slop rokok bergambar dampak rokok terhadap kesehatan manusia, seperti paru-paru dan gigi yang rusak. Rokok bermerk terkenal itu adalah produk yang diekspor ke mancanegara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak Wapres saja tadi waktu melihat gambar itu bilang 'Wah saya nggak mau lihat, saya pulangkan ke Pak Moeloek," kata Moeloek.
Menurut Kartono, Wapres juga mendukung usulan kenaikan cukai rokok dari 5 persen menjadi 20 persen sebagai cara untuk mengendalikan konsumsi rokok masyarakat miskin. Mereka, yang mempunyai pendapatan rendah, justru menjadi pengisap rokok terbesar di Indonesia.
"Secara pribadi, Pak Wapres mendukung, kenaikan cukai, cara pengendalian konsumsi dengan kenaikan harga rokok, supaya orang miskin jangan terlalu banyak menghabiskan uangnya untuk rokok," ucap Kartono.
Menurut data Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI)Β 60 persen rumah tangga dari 34 juta penduduk miskin mengalokasikan pengeluarannya untuk membeli rokok. Bila dihitung secara individu, jumlah perokok dari golongan miskin itu berjumlah 12 juta, atau 30 persen dari 34 juta penduduk miskin. Rokok merupakan belanja nomor dua dari 25 kebutuhan masyarakat miskin.
(irw/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini