10 Ki Tamblek Raksasa Akan Menambah Keasrian UI

10 Ki Tamblek Raksasa Akan Menambah Keasrian UI

- detikNews
Jumat, 12 Nov 2010 15:35 WIB
Jakarta - Lingkungan Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok terkenal rindang dan asri. Kini keasrian itu akan bertambah dengan adanya lima pohon raksasa Africanbaobab atau yang akrab dikenal masyarakat dengan istilah pohon Ki Tamblek.

Lima pohon tersebut, saat ini telah bertunas dan tumbuh di Kampus UI, semenjak dipindahkan dari lokasi kebun tebu PT PG Rajawali II di Desa Manyingsal, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pohon tersebut rata-rata memiliki diameter pohon 3,5 Meter dengan berat 50 hingga 60 Ton. Sementara hari ini dilakukan penanaman pohon diameter 4,2 M, yang memiliki berat 80 dan 120 ton.

"Proses pemindahan pohon ini menjadi peristiwa yang spektakuler karena merupakan proses pemindahan 7 pohon raksasa pertama di dunia," ujar Rektor UI Prof Dr der Soz Gumilar Rusliwa Somantri, usai upacara pemasangan prasasti relokasi dan konservasi lima pohon Africanbaobab di di lingkungan Rektorat UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (12/11/2010).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gumilar mengatakan kegiatan pemindahan (relokasi) pohon Baobab ini bermula dari perjalanannya dua tahun lalu ke Eropa. Saat di Jerman dia membaca sebuat artikel di sebuah media yang mencantumkan keistimewaan dari Superfruit bernama Africanbaobab (Adansonia Digitata).

"Diberitakan bahwa buah dari pohon tersebut mengandung Vitamin C yang sangat tinggi bahkan 6 kali lebih banyak dari yang terkandung di dalam Jeruk dan Kadar Kalsium lebih banyak dari yang terdapat di susu," imbuhnya.

Menurut Gumilar pohon ini memiliki manfaat yang banyak bagi manusia. Diantaranya, daun dari pohon ini dapat dipergunakan untuk bahan lalap atau sayur, kulit pohon ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat membuat tali, bahkan pakaian. Di Eropa, buah pohon tersebut, diterima sebagai produk alam dari Afrika yang kemudian daging buahnya diproduksi dalam kemasan bubuk yang khusus dipergunakan masyarakat Eropa, sebagai penambah bahan untuk mengolah sup dan berbagai makanan olahan lainnya.

"Mendapat informasi tersebut, saya dua tahun lalu menulis surat yang ditujukan kepada Majalah Trubus, mengenai apakah tanaman ini di Indonesia dapat tumbuh dan bagaimana cara mendapatkan bibit pohon tersebut," ungkapnya.

Setelah 2 tahun menulis surat tersebut, lanjut Gumilar ternyata di pulau Jawa, khususnya Jawa Barat terdapat puluhan pohon African Baobab yang diperkiran ditanam Belanda lebih dari sekitar 160 tahun yang lalu. Bahkan ada dugaan pohon baobab yang lebih tua, usianya sekitar 700 tahun, ditanam oleh penduduk setempat, yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari Timur Tengah yang menyebarkan bibit pohon tersebut sejalan dengan penyebaran ajaran Islam di tanah air.

"Bersama tim, kita mengunjungi lokasi perkebunan gula milik PG Rajawali II. Setelah melakukan survey dan pendataan, saya menulis surat yang kemudian dibawa langsung kepada Direktur Utama PG Rajawali II, Bapak Drs Lestiyono, untuk mendiskusikan rencana relokasi pohon ke UI. Relokasi dimaksudkan agar nilai edukasi dari pohon tersebut dapat dioptimalkan di kampus UI," tuturnya.

Selain untuk konservasi, pohon-pohon tersebut juga akan dijadikan bahan penelitian di bidang ilmu Kedokteran dan farmasi herbal, biologi dan pangan serta riset lain yang terkait. Proses relokasi pohon melibatkan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi dengan menggunakan dana CSR untuk pelestarian
lingkungan.

"Jadi UI tidak mengeluarkan biaya karena pohon ini merupakan hibah," jelas Gumilar.

Pemindahan telah dilakukan akhir September lalu, hingga awal November 2010. Kampus UI merencanakan akan merelokasi 10 pohon.

(mpr/rdf)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads