Muntahan material Merapi saat ini hanya 100 juta meter kubik. Sedangkan Krakatau 100 kali lipat dari Merapi.
"Merapi masih jauh seperti Krakatau. Karena volume letusan masih kecil dibanding letusan Krakatau tahun 1883," ujar Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Sukhyar, di Yogyakarta, Sabtu (6/11/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Sukhyar belum bisa memastikan kapan aktivitas Merapi akan normal kembali. Karena gerak aktivitas Merapi masih fluktuatif.
Gunung Krakatau meletus pada 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat, awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa.
Suara letusan Krakatau terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata di mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut. (nik/mad)