Namun dinginnya udara malam di lereng Merapi ini, sedikit terobati oleh hadirnya stand Teh Poci yang menyediakan minuman hangat untuk pengungsi. Stand yang berada di pojok halaman SMP N 2 Pakem ini pun ramai dikunjungi warga yang mengungsi.
"Enak banget, rasanya pas. Wanginya, panasnya, leginya (manisnya) dan kentel (Wasgitel) pas," ujar Sutarmin di halaman SMP N 2 Pakem, Jl Kaliurang, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Senin (1/11/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minum teh manis hangat atau panas ya cuma bisa di sini. Kalau nggak jajan di seberang jalan, dan belum tentu seenak ini," terangnya.
Sejak Merapi erupsi Selasa (26/10) lalu, anak perusahaan Sosro ini memang membuka stand teh gratis bagi para pengungsi. Warga yang ingin merasakan Wasgitel nya teh Poci pun tidak dibatasi.
"Bebas mas, ndak puas minum pake kelas cup, silahkan bawa botol. Bahkan nek malam gini ada juga yang bawa termos untuk diisi teh," ujar penjaga stand, Anto.
Menurut pria bertubuh tinggi besar ini, tiap harinya sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB, 30 galon teh manis panas habis tak tersisa. Bahkan tak jarang, dirinya dan rekannya yang lain terpaksa harus menambah beberapa galon lagi untuk melayani animo warga yang minta minuman hangat ini.
Tidak hanya pengungsi, relawan, wartawan, polisi, dan anggota TNI pun menyukainya. Namun tentu harus cepat bila sudah malam hari, karena di waktu malam banyak pengungsi yang datang membawa botol dan termos sekadar persiapan untuk malam hari.
"Pun ngenjang melih mas, pun telas. Bade kukut niki (Sudah habis mas, besok lagi. Sudah mau beres-beres)," ujar Anto.
(her/mad)