"Bukan tidak masuk akal. Tapi dia membangun dari bukti linguistik, genetika dan bukti arkeologi. Saya yang sedikit tidak bisa terima itu dari bukti-bukti mitologi dan ini pernah dikritisi sebelumnya," kata ahli geologi LIPI, Eko Yulianto di Kantor LIPI, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/10/2010).
Menurut Eko, teori Santos soal Atlantis masih banyak kelemahan sementara Oppenheimer lebih banyak menunjukan bukti ilmiah soal Sundaland. Sementara untuk teori tsunami meluluhlantakan peradaban, hal itu sukar diterima para ahli geologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, teori kalau Sundaland pernah menjadi daratan, para ilmuwan pun dapat menyepakatinya. Namun peradaban di atas benua itu yang masih harus dicari bukti-buktinya.
"Kalau kita punya pantai yang dulunya ada dan kemudian itu tenggelam, maka mungkin di situ juga ada situs-situs kehidupan," ujarnya.
Sementara, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Heri Harjono, mengatakan Oppenheimer dan tim dari Santos memang belum pernah memberikan data penelitian mereka ke LIPI sebelumnya. Namun menurutnya teori kedua ilmuwan asing ini perlu dibuktikan lebih jauh.
"Ada teknologi DNA untuk mengetahui asal usul manusia dari mana. Mungkin nggak, ada kehidupan manusia dulu di sini. Untuk yang di dasar laut sana dengan menggunakan marine teknologi agar bisa tahu ada kehidupan," tutupnya.
(fay/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini