Proses pemakaman Mbah Maridjan berlangsung mulai pukul 11.00 WIB, di TPU Srunen, Cangkringan, Sleman, Kamis (28/10/2010). Puluhan karangan bunga duka, sejak pagi sudah berdatangan dan berjajar di sekitar liang lahat.
Berdasar pantauan reporter detikcom, nama pengirim karangan bunga duka itu di antara adalah Kapolri Timur Pradopo, Menakertrans Muhaimin Iskandar dan keluarga besar Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ada pula yang dikirimkan oleh Polda DI Yogyakarta, Pemprop DIY, PB NU dan PT Sido Muncul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pihak kraton turut berduka cita atas wafatnya Mbah Maridjan. KamiΒ berharap keluarga tabah sekaligus berdoa semoga Mbah Maridjan diterima di sisi-Nya," ujar GBPH Prabukusumo, wakil dari Kraton Yogyakarta.
"Saya berharap agar semua kesalahan Mbah Maridjan dimaafkan. Saya berdoa semoga Mbah Maridjan meninggal khusnul khotimah," ujar Bupati Sleman, Sri Purnomo.
Sedangkan wakil dari keluarga besar Mbah Maridjan, Ir Nurdjamil, menyampaikan terima kasih atas perhatian banyak pihak terhadap almarhum. Dia mengajak warga untuk bersama-sama melakuka salat ghoib bagi almarhum.
"Saya berterima kasih pada pemerintah, media dan semua pihak yang telah mendukung prosesi pengurusan Mbah Maridjan. Saya meminta maaf atas segala kesalahan. Karena banyak yang belum sempat menyalati Mbah Maridjan, saya mengajak warga untuk menggelar salat gaib besok siang," ujar dia.
Di antara ribuan orang pelayat, terlihat salah seorang putri mendiang Gus Dur, Alyssa Qotrunada Wahid, yang berkemeja putih. Hadir pula rombongan selebritis yang dipimpin artis Donny Kesuma, mereka adalah 'sejawat' Mbah Maridjan semasa hidupnya menjadi bintang iklan untuk produk minuman energi dari PT Sido Muncul.
Ketika jenazah mulai dimasukkan ke liang lahat, suasana seketika jadi sangat penuh haru. Suwignyo, adik Mbah Maridjan, menangis sedemikian hebat hingga tidak mampu berdiri. Dia pun lalu dipapah warga untuk didudukkan di samping makam.
Usai upacara pemakaman, Asih, anak ketiga Mbah Maridjan, menegaskan ayahnya bukannya menolak imbuan pemerintah agar meninggalkan lereng Gunung Merapi. Sikap ngotot Mbah Maridjan untuk bertahan di sana adalah bentuk pelaksanaan tanggung jawabnya selaku juru kunci Gunung Merapi.
"Mbah Maridjan bukan nggak mau turun, tapi punya tangung jawab kepada Merapi," tegas Asih yang nampak lemas hingga wanita berbaju batik itu harus dipapah.
(lh/fay)